Tips Agar Bisnis Kuliner Tetap Bertahan di Era Sekarang
Di akhir masa pandemi saya sempat diajak seorang kawan kongko di sebuah kafe kecil di dekat sekolah anak. Tempatnya menarik. Berkonsep layaknya kafe-kafe yang banyak menjamur sekarang, sebuah rumah disulap menarik, ruangan-ruangannya ditata cantik. Makanan dan minumannya pun terbilang enak. Selang dua bulan kemudian, saya berniat mengajak seorang teman lain untuk mencoba makan kembali di sana. Saya pun kaget karena ternyata kafe tersebut telah tutup permanen. Sebuah plang dengan tulisan “Dijual” terbentang di depan pagar. Sungguh disayangkan.
Di lain kesempatan, saat sedang mencari tempat untuk makan keluarga, saya teringat dengan salah satu kafe yang berlokasi di pinggir jalan besar dekat rumah. Dengan cermat dan perlahan saya susuri jalan tempat kafe tersebut berada. Merasa tak menemukan tempatnya, saya pun putar balik dan kembali mengamati sisi jalan yang saya tuju. Ternyata hal yang sama terulang kembali. Tempat nongkrong yang biasanya ramai tersebut telah tutup. Nampak bangunan yang dulu selalu penuh dengan kendaraan parkir telah berganti wajah.
Mengapa Banyak Bisnis Kuliner Bangkrut?
Mempertahankan usaha kuliner di zaman sekarang memang sangat menantang. Beberapa orang teman dan kerabat yang saya kenal pun mengungkapkan semakin sulitnya bergelut di bidang ini. Terlebih lagi saat pandemi menghantam di tahun-tahun sebelumnya. Para pegawai, pedagang, hingga pengusaha yang kehilangan mata pencaharian di satu bidang pun memutar otak dan mencoba merintis bisnis kuliner dari rumah atau dengan konsep online. Usaha seperti Frozen Food alias makanan beku hingga makanan jadi lalu menjamur. Persaingan pun semakin ketat.
Beberapa hal di bawah lalu menjadi alasan mengapa banyak usaha kuliner terpaksa gulung tikar menurut beberapa sumber informasi dan pengamatan saya.
1. Pandemi yang Menghantam Bisnis Kuliner
Pandemi memang menghantam hampir semua lini masyarakat dunia dengan tak pandang bulu. Tak hanya UMKM, perusahaan-perusahaan besar pun ikut terdampak melalui banyaknya PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) secara masal dan penutupan gerai di mana-mana. Menurut beberapa media, belasan Startup Indonesia yang notabene ditunjang oleh modal tak sedikit pun ikut jatuh di masa ini.
2. Perubahan Konsep Belanja
Selain akibat pandemi, kemajuan teknologi di masa sekarang juga ikut merubah konsep dan kebiasaan masyarakat saat berbelanja. Berbelanja kini tak berarti harus hadir secara fisik di lokasi. Demi menghemat waktu, tak sedikit orang yang memilih untuk berbelanja secara online atau daring.
Alasan tingginya minat belanja online ini tak lagi seputar hemat waktu. Perbedaan harga dan banyaknya opsi barang pun ikut mendongkrak kebiasaan ini. Akibatnya, para pedagang dengan toko fisik yang belum memahami konsep ini pun semakin hilang dari pasar dan ditinggalkan. Hal yang sama juga terjadi pada pemilik usaha makanan atau tempat makan.
3. Kurangnya Inovasi dan Kreativitas
Di tengah menjamurnya bisnis kuliner dan kafe, para pemilik tempat makan nyatanya harus sadar akan tren dan hal-hal yang populer di masa ini. Selain mengandalkan cita rasa, mereka harus mulai berpikir bagaimana caranya agar bisnis kuliner mereka bisa bertahan bahkan berkembang.
Meningkatkan pelayanan, menyediakan menu-menu kekinian, mendekorasi tempat sesuai dengan tema yang sedang digandrungi target pasar mereka menjadi salah satu pilihan.
4. Target Market yang Kurang Tepat
Beberapa pebisnis baru perlu lebih rajin mengamati dan meneliti peluang pasar yang akan mereka sasar. Walaupun kini semua orang bergerak begitu cepat, tetapi mencari data dan fakta di lapangan tempat bisnis mereka akan berdiri sangatlah penting untuk kelangsungan usaha yang berkepanjangan.
Kurang tepat rasanya mendirikan kafe mewah dan estetis di lokasi yang bahkan sulit dijangkau kendaraan roda empat. Atau menyediakan menu makanan dengan harga yang terlampau murah terkadang juga bisa menjadi pertanyaan dan keraguan bagi calon pembeli. Oleh karena itu, menyesuaikan jenis bisnis yang ditawarkan dengan target pasar adalah hal utama yang perlu dilakukan sebelum membuka usaha.
Tips Mempertahankan Bisnis Kuliner Berdasarkan Pengalaman Para Pelaku Usaha
Dari beberapa orang yang saya kenal, terus berinovasi dan berkreasi adalah kunci bertahan. Bagi para pemilik usaha masakan tradisional yang memang cita rasanya sudah melegenda, tentu akan selalu memiliki pelanggannya sendiri. Namun bagi perintis usaha kuliner baru tentu akan menjadi suatu tantangan lain untuk mulai mengenalkan bisnis mereka ke pasar ataupun target market.
Dari beberapa bincang-bincang yang saya lakukan dengan para pelaku bisnis kuliner, berikut beberapa tips yang dilakukan agar usaha makanan atau minuman bisa tetap bertahan.
1. Siap untuk Terus Berubah dan Berinovasi.
Beberapa bisnis kuliner memang diawali dari tren. Hanya saja perlu diingat bahwa tren biasanya cepat berubah. Oleh karena itu, jangan takut untuk terus menyesuaikan produk yang dijual dengan tren yang sedang berlaku.
2. Pilih Lokasi Bisnis Kuliner yang Sesuai dengan Bujet.
Komponen termahal dari sebuah usaha atau bisnis makanan biasanya ada di tempat. Jika teman-teman perlu menyewa tempat untuk berjualan, maka pastikan biaya yang keluar benar-benar diperhitungkan dan sesuai kocek atau bujet. Tak perlu memaksakan diri hanya karena tergiur kata-kata manis pihak pemilik properti. Survey kecil-kecilan secara cermat dan perhatikan siapa kira-kira calon pembeli yang potensial di sekitarnya.
3. Tidak Anti Kritik dan Terus Melakukan Perbaikan.
Di era di mana review atau ulasan adalah sesuatu yang sangat berarti, rajin-rajinlah meminta feedback dan melatih kemampuan berkomunikasi dan melayani pelanggan. Jika suatu saat ada komentar negatif yang masuk, anggap hal tersebut sebagai pembelajaran dan batu loncatan untuk perbaikan. Minta maaf dan segera lakukan hal-hal yang dapat teman-teman perbaiki.
4. Cek Kesesuaian antara Target Market dengan Produk yang Dijual.
Pastikan harga makanan yang dijual pas dengan rata-rata kerelaan calon pelanggan untuk merogoh kocek mereka. Contohnya, jika teman-teman berniat berjualan makanan di sekitar sekolah, jualah makanan atau minuman dengan harga di bawah Rp 10.000. Berbeda lagi jika target pasar teman-teman adalah para pekerja kantoran, maka makanan dengan harga Rp 20.000 ke atas tentu masih masuk dalam jangkauan.
5. Bergabung dengan Platform Jualan Online.
Ikut mendaftarkan usaha teman-teman ke dalam platform jual beli online seperti GoFood, GrabFood, dan ShopeeFood, akan sangat membantu. Dari pengalaman kerabat, platform-platform tersebut bisa mendongkrak penjualan dan membuat bisnis kuliner teman-teman lebih dikenal.
Teman-teman ada tips lain yang mungkin bisa membantu?
bisnis kuliner memang “misterius”
di Sby ada tuh warung soto yg lariiissss bgt.
padahal rasanya blahhh bgt.
harga mahal, pelayan ketus nyinyir, ga terima transaksi noontunai
akhirnyaaa bnyak yg kaitkan dgn hal yg yahhhh gitu deh 😆
Hmm, jadi agak-agak beraroma mistis ya Mbak sepertinya hehehe.
Kuliner tetap jadi favorit meski pandemi. Tinggal cara pemasaran yang ditambah dengan opsi online, ya
Betul Mbak..
Dengan mengikuti perkembangan jaman, seperti dijual secara online, kemungkinan besar memang bisnis bisa bertahan. Setidaknya meski tidak full, tapi orderan masih ada walau terkendala jarak ya
Betul Teh, setidaknya resto atau bisnis kita bisa tetap jadi opsi bagi pelanggan di luar sana.
Kuliner tetap jadi bisnis yang paling ramai digemari masyarakat ya Mbak. Sesederhana tempat ngopi kekinian yang isinya kopi susu -padahal lebih enak kopi sachetan di rumah- aja bisa ramai. Kalau menerapkan tips-tips di atas, insyaAllah bisnis kuliner bisa bertahan walau berada di era mana pun.
Hihihi, kopi sachetan emang mantap ya Mbak..
Yap, inovasi dan kreatif menjadi kata kunci juga untuk bisnis kuliner agar bisa bertahan dari gempuran tren baru di masyarakat, tidak bisa bertahan dengan ide lama karena pelaku usaha harus menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman yang kini serba digital.
Betul Mbak, harus terus kreatif dan memutar otak agar bisnis tetap terkoneksi dengan zaman ya.
6. Konsisten dengan produk dan rasa.
Soalnya pernah saya menemui tempat makan yang rasanya tidak standar, juga jualannya cepat berganti dalam waktu yang singkat.
Oh iya, betul sekali Mbak, terkadang menjaga rasa ini juga masih sulit untuk diterapkan bagi UMKM. Padahal rasa yang konsisten juga bisa jadi alasan pelanggan tetap kembali ya.
Sama nih, sebelum pandemi kemaren keluargaku juga baru buka bisnis kopi kekinian. Konsepnya kafe juga di belakang rumah. Alhamdulillah rame. Kemudian saat dihantam pandemi langsung merosot jatuh. Meskipun sampai sekarang belum tutup, tapi bertahan dengan terseok-seok. Bener deh, harus kembali berbenah dan berinovasi biar ngga ketinggalan ya.
Semangat Kak. Semoga bisnisnya kembali berjalan lancar ya. Mungkin perlu sedikit penyegaran atau inovasi baru agar menarik pelanggan baru.
Bisnis kuliner tidak akan pernah sepi selama kita bisa kreatif dalam memasarkan nya .
Iya Mbak. Pemasaran salah satu jalan agar bisnis tetap bertahan ya.
Intinya menjalani bisnis apapun jangan pernah berhenti untuk belajar dan mengikuti perkembangan zaman.
Sepakat Mbak…
Kunci bisnis sukses memang selalu menerima masukan dan memoerbaikinya.
Aku jadi belajar dari usahanya Najla, Bittersweet.
Rasanya unik, karena dia mengemas dessert dalam bentuk cantik dan model open kitchen gitu yaa… Trus jualannya di Tiktok. Lariiss banget dan banyak yang penasaran jadinya,
Betul Kak, harus belajar untuk bisa menerima kritik dan masukan juga ya agar tahu apa kelemahan yang perlu diperbaiki..
Kalau mau tetap bertahan, memang harus gabung platform online ya mbak
Agar bisa menjangkau pasar lebih luas
Nah iya tips bisnis kuliner tetap bertahan di era sekarang di antaranya bergabung dengan platform online. Seperti jual sate/gule kembing dekat rumah, sampai kini belum melayani pembelian via platform dengan alasan merepotkan , kapan hari penjualnya curhat makin menurun dan sepi penjualannya
Sepertinya untuk usaha jenis apapun, tidak hanya kuliner jika siap beradaptasi dan mengikuti perubahan jaman selama itu halal, dia akan tetap bertahan, tetapi tidak banyak yang bisa bertahan dengan banyaknya persaingan atau perubahan jaman
Perlu terapkan digital marketing juga sih kalau ada opsi biaya tambahan. Soalnya sekarang banyak bisnis yang pakai digital marketing
Harus percaya bahwa rezeki Allah yang datangkan jadi terus produktif dan kreatif saja agar semua berjalan dengan baik meski ada saja rintangan
Nah setuju dengan tips pada poin tidak anti kritik. Karena kritik itu kan sara membangun kalau dilihat dari sudut pandang positip ya..supaya usaha kita juga ada perbaikan dan lebih bisa menggaet konsumen
bisnis kuliner ini memang gampang-gampang susah. pas buka rame banget yang datang trus beberapa bulan kemudian jadi sepi karena mungkin jenis kulinernya ternyata B aja di lidah orang. memang perlu inovasi dan pastinya rasa yang enak sih kalau mau terus bertahan di bisnis kuliner ini
Bisnis kuliner itu kelihatannya mudah tapi sulit juga. Contoh pengalaman dari ortuku sendiri misalnya ada makanan gak habis dalam satu hari dan dijual lagi rasanya udah beda jadi mau gak mau makanan harus baru kalo seperti itu pelanggan bisa gak balik lagi karena cita rasa nya udah beda
Bisnis kuliner emang cukup tricky yaa, karena memainkan soal rasa. Perlu konsisten dan pantang menyerah juga dalam melakukannya. Thanks ka sudah sharing
Kebetulan saya pribadi, bisnis makanan ringan.. artikel ini menambah wawasan buat terus bertahan dan terus berkembang..
Doain saya biar sukses ya kak..
Wah keren.. Sukses ya Kak bisnisnya. Semoga lancar dan dimudahkan selalu.
pandemi memang banyak pengaruhnya untuk para pelaku usaha kuliner. banyak yang gulung tikar, tetapi banyak juga yang berhasil bangkit kembali. nah, para pelaku usaha yang berhasil bangkit kembali ini pastinya punya strategi marketing yang bagus sehingga bisa mengembalikan omzet dan penjualan
Betul Kak. Memang harus kreatif dan memiliki strategi yang cukup agar bisa terus bertahan di usaha kuliner ini..
Nah, buat bisnis kuliner tetap on fire di era sekarang, harus ada variasi menu, promo menarik, dan pelayanan ramah.
Setuju. Harus selalu kreatif ya memang ya Kak salah satunya.
Salah satu faktor penyebab banyaknya usaha kuliner yang terpaksa gulung tikar adalah perubahan gaya hidup masyarakat. Pola makan yang berubah, kecenderungan mengikuti tren makanan tertentu, dan pergeseran preferensi konsumen menjadi tantangan bagi para pelaku usaha. Mereka harus terus berinovasi dan mengikuti perkembangan tren kuliner agar tetap relevan di mata konsumen.
Betul, masyarakat sekarang semakin mudah dan cepat berubah mengikuti tren. Para pengusaha kuliner pun akhirnya juga harus cepat-cepat menangkap kebutuhan masyarakat ini.
Tip sederhana agar bisnis kuliner bisa brtahan lama selain rasanya yg enak & unik, juga fasilitas tempat & kenyamanan tempat sajiannya yg bersih bakalan bikin org nyaman buat berkunjung berkali2..
Wah, setuju banget Kak. Memang fasilitas tempat dan kenyamanan juga penting untuk diperhatikan para pelaku bisnis kuliner nih.
Bisnis memang gak boleh berenti berinovasi ya..
Aku salut banget dengan pengusaha yang bisa terus bertahan dengan keunikannya dan ke-autentikannya. Ini tentunya gak mudah apalagi menjamurnya bisnis kuliner musiman.
Sebagai pelaku bisnis kuliner, selain rasa yang harus juara, lokasi bersih, gabung dengan platform digital juga harus dilakukan. Jangkauan pembeli yang luas dan lebih mudah ditemukan.
bisnis kuliner tidak ada matinya tapi jga banyak tantangan, emang harus bisa beradaptasi dengan pasar supya bisa bersaing