Bagaimana Budaya Antre di Indonesia?
Antre donk Bu! Sebuah kalimat tegas meluncur dari mulut seorang wanita muda yang kesal pada ibu paruh baya yang tiba-tiba menyelonong antrean kami di kamar mandi umum sebuah mall. Padahal barisan orang yang mengular, menunggu giliran masuk ke bilik-bilik kamar mandi yang ada terlihat cukup jelas. Namun sang ibu nyatanya belum paham cara antre dengan benar.
Di lain waktu, saat sedang berkendara, terlihat pertemuan dua buah jalur di depan mata dengan kondisi yang semrawut. Jalanan saat itu memang cukup padat, banyak kendaraan yang tak mau mengalah dan memaksa untuk terus masuk ke jalur yang menyatu tersebut. Akhirnya kemacetan panjang pun tak terelakkan. Semua ingin menjadi yang terdepan atau sibuk mempertahankan diri karena merasa jalur tersebut adalah hak mereka.
Antre Belum Menjadi Sebuah Kebiasaan
Ya, mengantre dengan tertib belum menjadi kebiasaan warga kita. Setidaknya itu yang muncul di pikiran saya. Masih banyak orang yang belum menyadari pentingnya mengantre dengan tertib di tempat umum. Padahal dalam sebuah barisan atau antrean, semua memiliki kepentingan yang sama. Entah untuk membeli barang, masuk ke kamar kecil, berkendara di jalanan macet, dan lain sebagainya. Yang jelas, setiap orang yang ikut dalam antrean tentu memiliki alasan yang sama pentingnya dengan yang lain. Sehingga jika saja orang mau mengantre dengan rapi dan teratur, tentu manfaatnya juga untuk semua.
Sayangnya, menerapkan pola pikir seperti ini tak mudah. Begitu banyak orang yang merasa lebih penting, lebih perlu, lebih butuh untuk didahulukan. Beberapa kasus oknum orang yang berkendara dengan menggunakan strobo atau pengawalan contoh lainnnya. Mereka meminta untuk mendapat prioritas di jalan raya yang terkadang bukan untuk sebuah urgensi. Dan akibatnya berapa banyak mobil dan motor yang harus mengalah, rela tak rela minggir untuk mereka sepanjang jalan. Padahal mungkin saja di dalam antrean tersebut ada orang sakit yang sedang butuh cepat ke Rumah Sakit atau orang lain yang juga memiliki hajat tak kalah penting.
Contoh yang Terus Diperlihatkan pada Generasi Muda
Dan hal-hal seperti di atas terus saja diperlihatkan oleh para orang dewasa. Sehingga jangan heran jika ada saja anak-anak atau remaja yang tumbuh dengan pola pikir yang sama. Mereka merasa memiliki privilege alias hak untuk diprioritaskan. Menyerobot antrian orang lain dilakukan tanpa rasa malu.
Taruhlah anak-anak mungkin berlaku seperti itu karena kurangnya arahan dan didikan yang benar. Mereka masih bisa dibentuk dan diperbaiki. Cukup sekali atau dua kali diingatkan, biasanya mereka akan paham dan berubah. Namun terkadang yang sulit adalah merubah perilaku orang dewasa yang terus mencontohkan hal-hal tersebut.
Budaya Antre di Negara Tetangga
Jika kita ingin diakui sebagai negara maju, sudah sewajarnya kita ikut belajar dari negara-negara tetangga. Singapura contohnya, penerapan kedisiplinan tak pandang bulu. Siapa pun yang tak mau mengantre akan ditegur, entah oleh sesama pengantre ataupun petugas yang ada. Hasilnya? Negara mereka terbilang sangat tertib dan disiplin. Ingin naik MRT atau bis, warga mereka otomatis berbaris rapi; Ingin masuk ke kamar mandi, antrean tertib terlihat; Bahkan sekadar ingin membeli barang dengan tren terbaru, mereka pun tak sungkan bersabar dan antre; Maka jika ada satu atau dua orang yang ingin berbeda dari yang lain dan merusak tatanan ini, sanksi sosial pun segera hadir.
Begitu pula dengan Malaysia. Negara jiran ini nyatanya sekarang mengungguli Indonesia untuk urusan ketertiban dan kedisiplinan. Budaya antre lebih terlihat di sana. Terbukti dengan lebih teraturnya lalu lintas dan masyarakat di sana dalam kehidupan sehari-hari.
Bagaimana Membiasakan Kebudayaan Antre di Indonesia
Menciptakan keteraturan dan ketertiban memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh waktu puluhan tahun hingga akhirnya kebiasaan ini mengakar di masyarakat. Hanya saja semua elemen memiliki peran dan fungsinya masing-masing dan harus ikut serta melakukan perubahan.
Sebagai warga masyarakat, yang dapat kita lakukan adalah membiasakan diri dan orang di sekitar kita untuk terlebih dahulu tertib dan taat dalam urusan antre mengantre ini. Berikutnya, jika di luar sana kita melihat orang yang tak mau mengantre, tak ada salahnya mencoba menegur pelakunya terlebih dahulu. Tentu dengan cara yang baik dan bijak ya. Dan jika kita merasa kesulitan untuk melakukannya, maka mintalah bantuan petugas atau orang dengan kewenangan yang lebih tinggi untuk membantu.
Dan tentu saja contoh dari para pemimpin, pejabat, dan tokoh terkemuka pun sangat penting. Tanpa dicontohkan dan terus menerus dibiasakan, tentu budaya antre ini sulit diwujudkan.
Semoga tertib mengantre pun bisa menjadi kebiasaan ya di negara kita.
Jadi inget, kemarin saya bertanya ke kasir Indomaret yang sedang melayani bapak-bapak lansia. Saya bertanya, apakah komputer sebelah bisa buat melayani saya. Soalnya kelihatan ada mas-mas kasir 2 orang juga lagi ngobrol di sebelah mbak kasir.
Si bapak lansia nyeletuk kesal ke saya, “Lihat itu, kan gak ada orangnya. Jelas gak bisa dong.” Padahal saya tanya baik-baik. Waktu itu saya sedang buru2, karena bapak saya yang sedang sakit tidak mau masuk ke Indomaret, milih di luar yang panas cuacanya.
Intinya sih, kita jangan buru2 sewot sama orang yang gak antre, hehe… Lebih baik tegur dengan cara sopan. Siapa tahu gak bermaksud melanggar budaya antre. Mungkin benar2 gak tahu barisan antre yang benar dari arah mana, atau kayak saya nih cuma minta info aja apakah komputer sebelah melayani pelanggan apa nggak. Bukan gak mau antre.
Tapi kalau benar2 nyerobot sih iya, wajib ditegur biar paham. Hehe
Betul Kak. Kadang memang kita tidak sepenuhnya tau situasi dan kondisi orang lain yang ada di sana. Asalkan dikomunikasikan dengan baik harusnya sih tidak apa-apa ya.
Kadang-kadang memang ada saja orang yang nyela di tengah antrian, cuma kalo saya coba amati di Indonesia di beberapa tempat yang sudah terbiasa antre sebenarnya sudah cukup tertib. Misalnya di Bank, karena memang dibuat sistemnya, atau di instansi yang melibatkan banyak konsumen atau publik seperti di lembaga pemerintah saat bikin SKCK, SIM atua lainnya. Termasuk juga saya lihat kemaren saat mau masuk Busway di Jakarta, mereka cukup tertib ya…..hanya saja, di tempat yang tiba-tiba harus antre, memang sepertinya gak terbiasa, sehingga orang saling berburu untuk yang pertama. Semoga di Indonesia antre ini jadi budaya ya
Betul Kak. Di beberapa tempat, seperti bank atau rumah sakit, orang-orang memang sudah terbiasa antre ya. Walau kadang masih ada saja satu dua orang yang mencoba-coba untuk tidak tertib, tapi biasanya yang seperti ini otomatis akan ditegur ramai-ramai. Yang sulit memang menertibkan sesuatu untuk pertama kalinya. Biasanya butuh sedikit ketegasan petugas atau pengelola fasilitas terlebih dahulu.
Emang budaya antre ini harus banget ditanamkan sejak dini. Masalahnya nggak semua orang dapat nilai tentang antre ini. Jadi yang tadinya udah kebentuk mau antre liat orang lain gak antre berpotensi goyah lagi.
Nah iya Kak. Kadang orang yang sudah biasa tertib pun akhirnya bisa goyah lagi akibat orang-orang yang tidak tertib ya.
Budaya antre itu sebenarnya penting ya
Tapi sayangnya di Indonesia masih banyak yang nggak mau antre, hobinya menerobos
Betul Kak 🙁 Semoga kelak Indonesia bisa sedisiplin negara-negara sebelah ya.
duh aku pernah sebel banget ke posyandu dan diselak sama ibu-ibu, lebih nyebelinnya lagi kadernya juga mempersilakan. jadi sejak saat itu aku bener2 malessss banget ke posyandu. tingkat kesadaran kita emang masih rendah bgt karena banyak yg gak sabaran. selain nyelak, banyak juga yang milih nitip antrean ke orang lain
Nah itu dia Kak. Kadang di beberapa tempat, ada petugas yang memang terlihat abai atau pilih-pilih ya. Membuat orang lain yang sudah tertib mengantre jadi ikut kesal. Seharusnya yang seperti ini bisa ditegur bersama sih.
Saya juga suka sebel kalau ada yang nyela antrean. Biasanya di kasir supermarket sih pernah kejadian begini, walau nggak sering. Alasannya buru-buru, tiba-tiba aja nyela. Tapi yang lebih anehnya, si kasir malah ‘menyetujuinya’, bukan menegur dan memintanya untuk tertib.
Betul Kak. Kadang yang seperti ini memang ada saja. Bisa karena kasir atau petugasnya yang abai, atau mereka memang kurang teredukasi pentingnya mengantre ini.
Aku juga pernah ngalamin di ATM, kenapa ya orang Indonesia pada gak sabaran. Padahal sering kejadian di portal kereta. Ketidak sabarannya membuatnya ia pindah alam.
Duh, iya banget Kak. Saya juga sering lihat hal serupa saat mengantre di pintu kereta api. Ada beberapa orang yang gak mau sabar menerobos, padahal risikonya besar sekali.
Mungkinkah urusan antre ini harus masuk di bagian kurikulum pendidikan agar dari sejak dini sudah dididik soal antre? Miris sih memang, karena soal antre masih susah
Setuju sekali kak jika ini masuk ke ranah pendidikan. Jadi anak-anak sejak kecil pun sudah terbiasa dengan tertib mengantre ya.
Wah saya sering kesel banget ini kalau harus mengantre di sini, karena orang-orangnya biasanya banyak yang nyerobot. Aneh banget, dikira urusan dia yang terpenting di dunia ini kalik?? Budaya antre ini menurut saya memang perlu diterapkan di kurikulum sekolah, biar orang-orang tuh sadar akan kebermanfaatan budaya antre ini
Itu dia Kak. Kadang si penyerobot merasa urusan dia lebih penting dari yang lain. Padahal sesama pengantre pasti juga punya urusannya masing-masing yang saya yakin juga gak kalah penting.
budaya antri ini memang harus ditanamkan sejak kecil biar pas dewasanya tidak suka serobot antrian. kalau aku pernahnya lihat orang nyerobot antrian BBM sampai mau berantem si bapak gara-gara ditegur karena nyerobot antrian
Duh, kesal ya Mbak. Sudah salah, tapi malah makin marah jika ditegur 🙁
Aduh, jangan tanya deh. Budayanya memang saling serobot gak sih. Riweuh gitu
Huhuhu. Sedih memang ya Kak. Padahal kalau tertib mengantre, semua urusan pun lebih cepat selesainya.
Jadi inget kalau di Indonesia tu SCDD alias Siapa Cepat Dia Dapat.
Soalnya kalau ke beberapa kota besar di Indonesia, berkendara lelet dikiiit aja, pasti uda dimarahin abis-abisan. Asa serem juga kalo mendadak ditikung gitu..
Sebenernya budaya antri ini juga erat kaitannya selain dengan kebiasaan juga bagaimana “instan”nya zaman sekarang. Semua serba cepat, serba berkompetisi dan serba-serbi lainnya.
Di sini jadi kerasa banget pentingnya menejemen waktu, EQ dan paham aturan tak tertulis ((norma)).
Setuju Kak Lendy. Sebenarnya kadang yang maunya buru-buru itu biasanya kurang mengatur waktunya ya.
Seharusnya jika tahu perlu cepat, ya datangnya harus lebih cepat. Kadang juga karena merasa punya kuasa, akhirnya orang lain yang harus dikalahkan.
Kalau pas di stasiun terlihat tuh yang mau antri sma yg hobinya nerobos suka ksel liatnya deh masa bebek aja mau antri eh ini orang maunya nerobos aja
Huhuhu. Iya Kak, masa kalah ya kita sama bebek.
butuh saling mengingatkan dengan ramah ketika terjadi ketidaktertiban antre. memang kadang ada sebab khusus mengapa ingin duluan, jika dikomunikasikan dengan baik mungkin yang duluan antre malah bisa mengalah. dalam mengingatkan terntu nggak perlu ngegasya, haha
Hihihi. Betul kak. sebenarnya jika memang urgen, bisa saja dikomunikasikan dulu dengan baik. Tapi kadang karena hal ini sudah jadi kebiasaan, akhirnya semua pun sama-sama ngegas ya.
aku pernah diserobot antriannya di kasir sama ibu-ibu, modusnya pinter. Daripada lama dia pegang barang, jadi barangnya ditaruh dulu di meja kasirnya, terus dia berdiri dari arah samping. Setelah orang di depanku selesai, nih ibu langsung maju aja. Pengen rasanya aku skak. tapi karena lagi males ribut aja, jadi sengaja aku biarin. Aku terawang #tsahh kayaknya memang modelannya begitu, mungkin di tempat lain juga gitu, kayak ga punya salah