Working Life
Creativity and Productivity Issues & Lifestyles

Big Fish in a Small Pond atau Sebaliknya?

Kisah suka duka dalam dunia pekerjaan memang tak pernah ada habisnya. Dan bagi orang yang sedang berburu mencari kerja, maka pilihan seperti pada judul di atas umumnya selalu hadir. Pilih mana? Menjadi big fish in a small pond atau sebaliknya, small fish in a big pond? Berikut ini adalah beberapa gambaran tentang masing-masing opsi berdasarkan sekelumit pengalaman yang pernah saya rasakan ketika berada dalam kedua situasi tersebut.

Big Fish in a Small Pond

Big fish in a small pond
Big fish in a small pond (Photo: Skynesher – Getty Images Signature)

Sebuah idiom dari bahasa Inggris yang artinya menjadi ikan besar di kolam yang kecil. Bagi para mahasiswa atau pencari kerja awal, mencoba menjadi big fish in a small pond mungkin menjadi lebih mudah dicapai. Biasanya, ketika memasuki perusahaan dengan lingkup yang belum terlalu besar, seorang pekerja akan memperoleh momentum yang lebih besar untuk belajar dan mendapatkan pengalaman. Maka saat ada kesempatan untuk ikut dalam pelatihan, bertemu klien prioritas, atau mengerjakan proyek besar, selagi si pekerja mampu membuktikan kapasitasnya secara wajar, tentu porsi itu bisa didapatkan dengan gampang.

Di luar itu, pada perusahaan berskala kecil, seringkali seorang pekerja dituntut menjadi seorang yang serba bisa. Cakupan tanggung jawabnya pun bisa saja bertambah tiba-tiba menyesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Tetapi nilai baiknya, ketika si pekerja dengan senang hati memenuhi tuntutan tersebut, maka karir atau posisinya pun bisa jadi ikut melejit layaknya Superman hehehe. Predikat big fish in a small pond pun sukses disandang.

Hanya saja memang ada beberapa hal yang belum tentu tersedia di kolam kecil seperti di kolam besar. Contohnya ruang untuk tumbuh dan berkembang yang cenderung terbatas, juga benefit perusahaan yang umumnya belum sebaik di perusahaan yang lebih lebih well-established.

Plus dan Minusnya Menjadi Ikan Besar di Kolam Kecil

Keuntungan bergabung di kolam kecil adalah:

  • Kemungkinan seseorang menjadi lebih terekspos atau “terlihat” di dalam perusahaan tinggi.
  • Kesempatan menangani klien besar perusahaan, pelatihan, dan lainnya juga lebih banyak.
  • Atmosfer kerja dengan azas kekeluargaan terkesan lebih kental.

Hanya tetap saja ada beberapa minus yang juga harus di pertimbangkan ketika akan bergabung dengan perusahaan berskala kecil. Di antaranya:

  • Pekerja dituntut untuk mengerjakan banyak hal. Bahkan di luar dari yang tertulis di perjanjian kerja.
  • Ketika seseorang sudah dalam posisi puncak, maka ruang untuk berkembang cenderung terbatas.
  • Standar benefit dan remunerasi tak setinggi di perusahan yang lebih besar.

Small Fish in a Big Pond

Pilihan berikutnya ini tentu sangat berlawanan dari di atas. Menjadi ikan kecil di sebuah kolam yang besar biasanya akan lebih berat. Dimulai dari awal memasuki perusahaan besar saja sudah terbayang tantangan dan kerumitan yang akan dihadapi. Berbagai tahapan mulai dari psikotest, interview atau wawancara HRD, user, dan manager user, tes kesehatan, dan aneka tes lainnya harus dilewati. Bahkan saya mendengar beberapa kasus dari teman yang gagal bergabung ke perusahaan incarannya hanya karena gagal di test kesehatan. Padahal perjuangan melewati tahapan tesnya saja tak main-main. Sangat mengkonsumsi waktu dan biaya.

 Small fish in a big pond
Small fish in a big pond (Photo: Greenleaf123 – Getty Images)

Selanjutnya, ketika seseorang sudah sukses berada di dalam perusahaan berskala besar, maka ia juga harus bersiap dengan mode bertahan yang tak mudah. Berhadapan dengan standar penilaian kinerja yang bisa dilakukan beberapa kali dalam setahun, proses promosi yang lebih rumit, hingga suasana lingkungan kantor dengan berbagai macam orang di dalamnya. Belum lagi urusan politik kantor yang sering ikut membuat pusing. Kemungkinan adanya konflik antar departemen pun semakin besar dan tak mudah untuk dijembatani karena begitu banyak pihak yang terlibat ada di dalamnya. Karyawan level awal, manajer, kepala unit, kepala departemen, kepala divisi, dan berbagai jenjang dan sebaran posisi lainnya.

Namun memang, di luar dari segala kesulitan di atas, fasilitas yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan yang sudah mapan tak main-main. Gaji yang seringkali di atas standar umum, bonus berkali-kali lipat, asuransi kesehatan, aneka macam tunjangan mulai dari mobil, rumah, dan lainnya. Hanya saja, untuk membuat diri seseorang “terlihat” ketika bergabung di perusahaan besar memang membutuhkan perjuangan ekstra.

Keuntungan dan Kerugian Menjadi Small Fish in a Big Pond

Beberapa nilai tambah ketika kita berhasil bergabung di perusahaan berskala besar adalah:

  • Status pekerja ikut terangkat karena nama besar perusahaan
  • Kesempatan pekerja bertemu dengan banyak orang untuk meningkatkan kapabilitas dirinya lebih banyak.
  • Standar remunerasi (gaji, tunjangan) dan fasilitas biasanya cukup tinggi.

Namun di sisi lain, beberapa kekurangan di bawah ini juga bisa dirasakan ketika seseorang menjadi ikan kecil di kolam yang besar.

  • Persaingan untuk naik posisi, jabatan, ataupun tingkatan sangat ketat. Begitu juga dengan perubahan status dari karyawan kontrak menjadi karyawan tetap yang biasanya juga cukup sulit.
  • Kinerja pekerja banyak diperhitungkan dalam beberapa periode penilaian setiap tahunnya, sehingga setiap tahun pekerja dituntut untuk terus meningkatkan kompetensi dirinya.
  • Konflik antar personal, bagian, departemen, dan politik kantor lebih sering terjadi karena luasnya lingkup pekerjaan dan perusahaan.

Apa Pilihan Teman-Teman?

Jadi, dilihat dari berbagai untung dan rugi yang dijabarkan di atas pada masing-masing opsi, menurut teman-teman mana yang lebih baik? Menjadi big fish in a small pondsmall fish in a big pond?

Baca juga: Jenis-Jenis Pekerjaan di Bidang IT dan Kesalahpahaman yang Kerap Terjadi

23 thoughts on “Big Fish in a Small Pond atau Sebaliknya?

  1. Entah kenapa sy ngerasa jd biasa-biasa aja itu menyenangkan, ahli tapi nggak ditonjolkan. Tapi untuk mencapai jenjang karir sih ya harus nonjolin. Semua tergangung sih sama pribadi masing2

  2. Kalau menurut saya untuk mengawali karier bisa jadi small fish in a big pond, dari situ kita bisa belajar banyak bgt dari perusahaan yg udah gede, bakal ketemu orang2 hebat juga. Tp in a small pond juga tidak menutup kemungkinan bisa belajar banyak dan bertemu orang hebat ya.

  3. pekerjaan saya dan suami bertolak belakang, saya ada di kolam kecil dan suami ada di kolam besar, yang mbak sampaikan dalam artikel memang terjadi di lapangan, tinggal pilih mana yang nyaman saja karena dimanapun berada tantangannya kurang lebih sama, tinggal pilih mana yang nyaman, karena tidak selamanya gaji yang utama

  4. Kalau menurut saya sih mau mulai karier itu bisa jadi small fish in a big pond dulu. Nanti bisa belajar banyak dari perusahaan besar, jumpa orang hebat juga. Ya disertai keberuntungan juga tentunya

  5. Saya dari dulu selalu bekerja di perusahaan kecil atau menengah. MEskipun begitu saya tetap bersyukur. Jujur saja ingin jadi small fish in a big pond , namun takdir belum berpihak sepertinya. Kantor kecil saja tapi banyak politiknya, itu yang terjadi di kantor saya, hehehe

  6. Aku pribadi pernah menjalankan keduanya. Saat awal idealis masih tinggi, memang karir makin melesak saat jadi big fish in small pond. Namun, lama-lama aku sadar kalau ngapain susah-susah berkorban demi perusahaan atau tempat kerja, smeentara mereka ga akan mau tahu dengan kondisi kita. Akhirnya jadi small fish in big pond aja lebih nyaman, tapi menyembunyikan kemampuan big fish yang akan keluar saat mode kepepet

  7. Hmm, aku sih sudah pernah mengalami keduanya
    Memang keduanya ada plus minusnya ya mbak
    Dijalani saja setiap keputusan, agar bisa bekerja dengan baik

  8. Dua-duanya udah pernah nyoba. Biasanya, orang milih jadi small fish in a big ponds dulu. Saat karirnya keliatan ga ada kemajuan dalam artian gak kunjung dapat promosi padahal udah berusaha terbaik (namanya juga politik kantor, yang bekerja bagus belum tentu dipromosi). Nah biasanya yang cemerlang tapi gak disorot ini dapat tawaran pindah ke kompetitor, perusahaan baru dengan bidang sama, jabatan lebih tinggi, gaji lebih baik. Namun dia istilahnya jadi big fish in a small ponds.

    Masing-masing pilihan ada tantangannya.

  9. Pola pikir mengenai kolam besar dan kolam kecil ini menarik ya..
    Dan mempertimbangkan peran kita di lingkungan tersebut.
    Yang aku senang bahwa ketika kita berada di kolam besar, maka pengalaman yang diperoleh menjadi lebih banyak dan membuat kita “tidak cepat merasa puas” dengan pencapaian yang kita lakukan.

  10. Menarik nih oembahasannya mbak, gak bisa sekali baca, dua kali baca baru ngeuh.. dan related dengan kehidupan sehari hari, pernah ngalamin jadi ikan besar di kolam kecil, pun sebaliknya..

  11. Pembahasan yg sangat menarik…
    A big fish in small pond, idoom bahasa yg cocok ketika bekerja d tmpag krja yg sdg brkembang…jdi puny bnyak pengalaman krn dituntut untuk serba bisa

  12. Yang terjadi pada saya, idealis dan semangat kerja berubah seiring waktu, usia dan bertambhanys tanggung jawab rumah tangga. Jadi saya memilih yang membuat saya nyaman menjalaninga

  13. mungkin tergantung kenyamanan kolam yang ikan itu tempati, ya, kak. kalau kolam kecilnya bikin kita nyaman ya kenapa enggak, dan kalau kolam besarnya juga lebih nyaman dan bikin si ikan kecil bebas berenang tanpa ada yang menyudutkan dan penyeranagn boleh juga tuh, hehe. Kalau saya tergantung vibesnya,dua-duanya okay.

  14. Saya pribadi sudah pernah sih menjalani 2 jenis pekerja ini. Tapi mungkin memang karena karakter saya yang plegmatis mau big fish in small pond atau small fish in big pond Saya gini-gini aja karirnya, mbak. Hehe

  15. Maunya sih jadi big fish in big pond mba hehehee… tapi kalau untuk pemula susah kan ya kalau mau milih. Keterima kerja aja udah alhamdulillah. Dua puluh lima tahun yang lalu pernah merasakan kedua hal itu, jadi big fish maupun small fish, masing-masing ada romantikanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *