Bungee Jumping di Bali, Sukses Buat Kaki Gemetar
Hampir sekitar 20 tahun yang lalu, semasa usia hampir 20an, rasanya saya begitu senang bepergian, baik sekadar berkeliling kota atau coba menjelajah ke luar kota. Sempat saya memutuskan untuk pergi ke Bali bersama dua orang teman untuk berkelana. Berlibur dengan gaya anak kuliahan yang tentu berbeda dengan ketika bersama keluarga. Rincian perjalanan alias itinerary tak perlu diatur saklek, semua dibebaskan saja. Kami bisa mencoba pergi ke mana pun angin berhembus. Di perjalanan itu kami pun tercetus untuk mencoba beberapa watersport dan olahraga ekstrem yang ada di Bali. Bungee jumping termasuk yang sukses masuk ke dalam daftar.
Baca Juga: 3 Olahraga Ekstrem Seru untuk Dicoba Sebelum Usia 30
Asal Mula Bungee Jumping
Bungee Jumping adalah salah satu olahraga yang terbilang ekstrem. Meloncat dari ketinggian berpuluh-puluh meter dengan kaki terikat ke sebuah tali. Umumnya bungee jumping dilakukan di tempat yang tinggi seperti menara, jembatan, atau tebing dengan kolam, sungai, atau laut di bagian bawahnya.
Aktivitas ini sendiri bermula dari upacara adat di Selatan kepulauan Pentecost, Vanuatu. Para laki-laki yang memasuki usia dewasa akan melompat dari pohon dengan ketinggian 20 – 30 meter dengan kaki terikat. Tali yang digunakan adalah akar-akar gantung dari pepohonan di sekitarnya. Kegiatan ini lalu diadopsi dan berevolusi hingga kini menjadi sebuah olahraga.
“Siapa sih yang berminat mencoba bungee jumping?” pikir saya. Ternyata eh ternyata, banyak loh orang yang ketagihan melakukannya. Yang jelas, bungee jumping sangat tidak direkomendasikan bagi para acrophobia atau orang yang fobia dengan ketinggian. Terlebih lagi untuk orang yang memiliki riwayat penyakit berisiko tinggi seperti jantung.
Dan entah apa yang ada di pikiran saya saat seorang teman menantang saya untuk mencoba olahraga ekstrem ini. Saya pun dengan spontan mengiyakan, sehingga berangkatlah kami menuju lokasi bungee jumping.
Bali Bungy di Jl Pura Puseh, Seminyak, Bali
Tempat tujuan kami berada di daerah Seminyak, Bali dengan nama Bali Bungy. Berupa sebuah fasilitas rekreasi di pinggir pantai. Bali Bungy memiliki menara tinggi untuk bungee jumping yang dilengkapi dengan kolam renang besar di bawahnya. Jika dicek saat ini, biayanya berkisar Rp 850.000 untuk single – Rp 1.700.000 untuk tandem dengan instruktur di sana.
Tiba di loket pendaftaran, perasaan ragu alias maju mundur pun hadir. Setelah melihat beberapa video dokumentasi para wisatawan yang kebanyakan bule meloncat dengan ekspresi bahagia sambil tertawa dan berteriak, hormon adrenalin dalam tubuh saya pun memberontak. “Ok, saya harus bisa,” ucap saya dalam hati dengan mantap.
Saya menatap sejenak ke arah menara tempat meloncat dan bergegas mengikuti arahan kru untuk menaiki tangga satu per satu. Rasanya jika dihitung, jumlah anak tangga di sana bisa ratusan, karena yang saya ingat ketinggian tempat untuk meloncat dengan kaki diikat tersebut lebih dari 30 meter.
Masih terbayang rasanya terpaan angin kencang di tubuh saat menapaki tingkatan anak tangga yang terbuat dari kayu itu. Semakin tinggi, semakin dingin, semakin kencang pula angin bertiup di sekitar saya. Hingga akhirnya sampailah saya di puncak menara. Waw, detak jantung rasanya mulai tak beraturan.
Screening dan Persiapan Sebelum Meloncat
Di atas menara, beberapa screening dilakukan kembali oleh para kru atau petugas. Mulai dari mengajukan pertanyaan seputar riwayat kesehatan, menimbang berat badan, hingga memastikan kondisi psikologis saya memang aman untuk meloncat. Setelah selesai, saya pun mulai mengenakan perlengkapan untuk bungee jumping. Sebuah tali yang tebal dan lentur lalu diikatkan pada badan dan kedua kaki saya sesuai prosedur. Tata tertib keamanan ataupun safety di sana memang tak bisa main-main.
Setelah siap, saya diarahkan untuk menuju tepian titik loncat. Mulailah keringat bercucuran dari kening saya, perut pun mulas, melilit tak jelas. Tak lupa kaki yang bertambah ragu dan ingin berhenti melangkah. Semakin mata saya buka dan mengintip ke bawah, yang terlihat hanya titik-titik kecil di sekitar kolam renang yang berwarna biru dari kejauhan. Titik-titik tersebut ternyata penampakan beberapa orang yang sedang menunggu atau menanti para peloncat, termasuk di antaranya kedua teman saya. Duh, perasaan gembira, semangat, penasaran, sekaligus takut bercampur dan menjadi-jadi.
Loncat!
1, 2, 3.. Bismillah! Saya pun meloncat kecil sambil berteriak sekuatnya. “Aaaaargh!” Rasanya sebagian tubuh saya lepas, ringan, melayang. Perut pun ngilu dan bergolak. Saya coba untuk merentangkan tangan agar lebih relaks namun ternyata tak sanggup. Saya lalu berusaha memeluk tubuh saya sendiri saking bingungnya harus berpegangan ke mana. Lemas tapi tak berdaya. “Huaaa!” Begini rasanya ya jatuh dari ketinggian. Dengan kepala terbalik di bawah, saya coba mengarahkan kedua mata saya menuju ke kolam di bawah yang semakin dekat sambil berusaha meraih atau menyentuh airnya.
Ketika ujung jari saya baru saja berhasil menyentuh airnya, tiba-tiba saya tersentak dan kembali terpental ke atas. Tali yang elastis tersebut ternyata menarik saya kembali ke ketinggian dan menjatuhkan tubuh saya lagi ke bawah. Berulang-ulang hingga akhirnya semakin pendek jarak lambungnya dan berhenti.
Petugas di bawah dengan sigap lalu menarik tangan saya dan menurunkan tali hingga saya bisa menapaki pinggir kolam dengan kedua tangan. Fiuhhh, lega sekali rasanya. Sungguh pengalaman yang tak akan terlupakan.
Menjatuhkan Diri Kembali
Dengan wajah setengah pucat, saya sunggingkan senyum lebar ketika bertemu kedua teman yang berada di bawah. Saya ingin tetap terlihat tegar di depan mereka Hehehe. Namun kemudian senyum saya lenyap seketika ketika kru di bawah bertanya, “Siap untuk loncat lagi? Loncatan kedua?”
Oh iya, saya baru teringat, paket yang saya ambil memang menawarkan 2 kali kesempatan terjun bebas. Jantung saya kali ini sudah tak bisa lagi dihibur dan ditenangkan. Saya takut.
Kru di sana sebenarnya memberikan opsi, jika memang dirasa tidak sanggup, maka saya boleh melakukan loncatan kedua di hari berikutnya. Namun jiwa ogah rugi dan over PD (Percaya Diri) lebih besar menguasai. Saya memutuskan untuk meloncat lagi di hari yang sama. Khawatir besok tidak ada kesempatan untuk mampir kembali ke tempat ini.
Hanya memang pengalaman tak pernah berbohong. Badan ternyata mulai sulit diajak berkoordinasi. Gemetar hebat kedua kaki saya ketika harus kembali menaiki deretan anak tangga menara. Perasaan mual, cemas, campur aduk hadir semua di dalam diri. Membayangkan kembali semua rasa yang timbul akibat loncatan pertama tadi.
Setibanya di atas, saya hanya bisa pasrah. Bahkan ketika diminta untuk mulai merapat ke tepian papan loncat, saya hanya diam. Dan akhirnya, saya memaksakan diri dan berkata pada kru di atas, “Dorong saja saya ya.” Sambil pasrah dan menutup mata, saya pun didorong dan kembali jatuh. Kali ini tanpa suara, tegang, kaku, dan pucat.
Bungee Jumping, Cukup Dua Kali
Begitulah sekelumit pengalaman bungee jumping yang saya alami hampir 20 tahun lalu. Maka jika ada yang menawarkan untuk mencoba aktivitas satu ini kembali, saya sepertinya dengan tegas akan menolaknya mentah-mentah. Cukup dua kali saja.
#writober2022 #kelana #RBMJakarta #IbuProfesional
Sumber:
- https://www.sehatq.com/artikel/kenalan-dengan-bungee-jumping-olahraga-ekstrem-pemicu-adrenalin
- https://en.wikipedia.org/wiki/Land_diving
Ini olahraga yang sampe sekarang aku ga berani juga, wkwkwk.
Ak pun bingung Mbak, kok dulu nekad ya cobain ini.. wkwkwk
Saya sampai kapanpun gak berani coba. Hehehe. Mending yang aman-aman saja.
Hi3, sama Mbak, kalau sekarang sih saya juga udah gak berani lagi coba-coba yang esktrem begini. Inget umur dan keluarga..
Hadeuuuhhh bacanya saja, sudah lemes dan gemetaran. Pasti jadi pengalaman yang tidak akan terlupakan seumur hidup ya mba
iya Mbak, jadi pengalaman tak terlupakan yang masih mendebarkan ini.. >_<
uwow keren banget ini yang berani bungee jumping ,tapi aku dah pingsan duluan kayaknya
wkwkwk ini tinggal sejarah Mbak.. Kalau sekarang disuruh coba lagi sih sudah gak sanggup rasanya.
Bacanya ikut loncat-loncat saya pun ikut gemetaran..
Hi3, saya pun gemeteran kalau ingat-ingat lagi Mbak.
Wadowww…. kata teman2ku aku ini termasuk pemberani. berani nyobain hal2 menantang. Tapi mun maap kalo yang satu ini. Lutut gemeter, padahal baru baca sama liat futunya aja. Wkwkwk… mungkin suatu saat nanti. Haha…
Ini pun rasanya kenekatanku di masa muda dulu aja Mbak Wid. Kalau sekarang disuruh coba lagi, rasanya lebih pilih lariiii… wkwkwk
Huaaa ini emang seru banget
Tapi aku sendiri tak akan punya nyali untuk mencoba menaiki bungee jumping ini
Hi3.. saya pun kalau sekarang ditantang untuk coba lagi sudah gak sanggup Mbak..
Saya lihat fotonya aja udah… ha? ha? wow! bingung mau mengekspresikan diri seperti apa. Hahaha. Jangankan bungee jumping gini, naik roller coaster aja udah mau copot rasanya nih jantung. Lama bener memutuskan diri untuk naik atau tidak, begitu naik deg-degan, pas selesai..oke, gak lagi. Tapi tetap sih, penasaran~ #dasarsaya
Hi3.. bener Mbak, saya pun sekarang rasanya sudah gak terlalu tinggi nyali untuk coba-coba hal begini.. Auto keinget anak-anak kalau mau beraktivitas yang risiko tinggi..
SKIP haha. Duh naik roller coaster pas turun aja rasanya kayak badan ketinggalan, apalagi ini terjun bebas. Itu benaran sampe jari nyentuh kolam ya? merem ga mba?
Betul Mbak, jarinya bisa menyentuh kolam, tapi terus kita akan tertarik lagi ke atas, terpental. Duh rasanya berlipat-lipat deg-degannya hi3..
Baca tulisannya ikut ndredeg. Wah berani gak ya nyoba? Tapi pingin banget
hi3..iya Mbak, ndredeg memang rasanya…
wuowww… sprtnya seru ya mba. Pengen nyoba jg wkwkwk… nyoba deg-degan dan kaki gemetaran
Betul Mbak, gemeteran sampai ragu-ragu, sanggup melangkah lagi gak ya..hahaha
Jantung aman ya Kak 😶😶😶😶
Duh aku sih ga kebayang samsek bakal ikut ini.
Dah pingsan kaliii
Alhamdulillah waktu dulu jantung aman Kak.. Kalau sekarang, entahlah hehehe
Saya pun merasakan pengalaman ini dengan jantung berdebar meskipun tidak merasakan langsung. Cerita ini cukup membuat saya mundur.
setelah ikutan roller coaster di Singapore 4 macam berturut-turut saya rasanya belum berani lagi cobain permainan memicu adrenalin ini, kalau paralayang saya masih berani heheh
It’s my dream banget nih mba sejak masih single. Cuma agak takut kalau sekarang, takut jantungnya ngga kuat wkwkwk
Pernah lihat di kotaku dan kayak.y kalau pin ada nggak yakin aku bisa nyoba takut jantungan
Selama ini belum kesampaian nyobain bungee jumping. Padahal seru banget karena aku peci ta adrenalin, udh jadi wishlist tiap ke bali tapi ga pernah sempet. Ahhh, next harus bisa nyobain nih
Waaaa Saya ikutan ngebayangin keseruan bungee jumpingnya kak. Menantang adrenalin banget ya… Kalau Saya sudah teriak-teriak nggak karuan pasti wkwkwk
Saya pun awalnya teriak Mbak. Tapi setelah coba yang kedua, saking deg-degannya sudah gak bisa lagi teriak hehehe.
Pusing gak sih, kak..?
Akutu suka banget dengan wahana menguji adrenalin. Tapi sejak punya anak 2, kok kepala mendadak berkunang-kunang setelah melakukan aktivitas menyeramkan yaah.. Hahhaa, tapi semangat mah masih ada, BANGET.
Dan ingin sekali mencoba bungee jumping.
Tapi iya, feeling sih…pas di loketnya aku meragu.
Iya ato engga.. YES or NO, take it or leave it.
Halaaah~
Hihii…
Pusing gak sih Kak, cuma jantung sama badan rasanya lepas dari tulang hehehe.
Kalo sekarang sih rasanya udah gak sanggup Kak. Ak pun setelah punya anak-anak, jalan di ketinggian aja ngilu kadang-kadang..
Waaaah mbak Ikaaa.. Aku deg-degan membayangkannya hahaha
Gak mau deh, dibayar berapa juga gak mau bungee jumping, masih milih masuk rumah angker daripada bungee jumping
salut mbak, kebayang deh gimana rasanya mengalahkan ketakutan, tapi jujurly saya gak akan berani coba deh, cukup puas aja dengan menonton orang lain yang terjun
MasyaAllah.. seru sekaliii tapi pasti waaaa degdegan bangetttt rasanyaa!! haha mau coba tapi takut :’
Kalau sudah usia 40+ seperti saya sudah gak berani dan berisiko pastinya hehehe
waduh, kalo saya mungkin bukan kaki gemetar lagi, tp mungkin (maaf) bisa terkencing-kencing. Lha lihat orang lain ginian saja sudah ngeri, apalagi sendiri…