Ingin Belanja Murah, Malah Tertipu Jutaan Rupiah
Jujur saat menuliskan pengalaman ini rasanya masih ada rasa kesal, kecewa, dan juga malu karena saya ternyata jatuh di lubang yang sering saya sebut-sebut sendiri. Hahaha. Bagaimana tidak kesal, saya yang sering mengingatkan orang-orang di sekliling saya untuk selalu bertransaksi online dengan benar malah melakukan kesalahan fatal ini sendiri.
Dunia Belanja Online yang Semakin Sederhana
Berbelanja online di masa sekarang sesungguhnya menjadi hal yang semakin lazim dilakukan orang. Berbagai macam platform pun hadir menjadi sarana bertemunya pembeli dan penjual di dunia maya. Marketplace seperti Tokopedia, Shopee, Blibli, Zalora, dan lainnya menjadi andalan masyarakat Indonesia untuk memenuhi aneka macam kebutuhan sehari-hari.
Mendahului kejayaan platform-platform marketplace saat ini, sosial media dan aplikasi bertukar pesan seperti Blackberry Messenger juga pernah menjadi tempat yang diandalkan orang untuk berjual beli. Namun maraknya penipuan yang terjadi melalui aplikasi-aplikasi ini, membuat mereka kini ditinggalkan pelanggannya. Hanya sebagian kecil orang yang masih setia bertransaksi langsung di dunia maya dengan cara ini.
Saya sendiri sebenarnya termasuk pembeli yang teliti dan sabar. Tak jarang saya menghabiskan waktu lebih lama hanya untuk mengamati barang yang ingin atau perlu saya beli secara online. Biasanya saya akan mengamati kualitas, nilai, dan kewajaran harganya. Tentu saya juga selalu rajin membaca review atau ulasan pelanggan untuk mengetahui kualitas produk dan layanan pihak penjualnya sebelum membeli.
Barang Bagus Harga Murah, Siapa yang Tak Mau?
Semua berawal dari keinginan saya untuk membeli sebuah tas sebagai salah satu bentuk self reward tahun ini. Sebagai penggemar salah satu merk tas dengan logo “C”, saya pun mulai berburu dan mengintip model-modelnya di Instagram. Pucuk dicinta ulam pun tiba, lewatlah sebuah akun di instagram saat saya sedang scrolling santai di rumah dengan nama preloved_authentic_luxury. Saya pun tergoda untuk mengintip isi dalamnya. Berderet tas preloved (bekas) dan baru terpampang di sini dengan harga yang bisa berbeda hingga ratusan ribu rupiah. Akunnya pun terbilang aktif dan update hampir setiap hari. Namun saat itu, saya masih berpikir panjang dan menimbang-nimbang tas seperti apa yang akan saya beli.
Entah saya harus berterima kasih atau justru mengutuk algoritma Instagram yang lalu semakin sering menampilkan post-post terbaru di akun tersebut. Saya pun memutuskan untuk mengikuti akun tersebut untuk mengamati lebih jauh. Saya cek testimoni, bukti transfer, dan aneka pernak-pernik dalam Instagram tersebut. Memastikan bahwa akun tersebut bukan akun bodong. Semua terlihat wajar oleh saya.
Saya pun mulai memilah-milah tas yang menurut saya bagus dan menarik. Beberapa hari kemudian pilihan pun jatuh pada satu buah tas berwarna hitam. Saya pun mulai menghubungi pihak penjual yang saya lihat hanya bisa dikontak melalui Whatsapp atau pesan Instagram (DM). Saya pun memutuskan untuk menghubungi lewat Whatsapp yang kemudian terlihat dengan profile picture seorang wanita mengenakan hijab sedang menjinjing sebuah tas.
Mudah dan Cepatnya Bertransaksi Online Menjadi Celah Kecerobohan
Saya menanyakan ketersediaan tas tersebut yang kemudian dijawab ada. Saya lanjut bertanya apakah bisa bertransaksi melalui Tokopedia atau Shopee. Cukup lama hingga si seller alias penjual akhirnya menjawab, “Tdk bisa, dikarenakan uang mau kami belanjakan barang lagi.”
Dan inilah kesalahan saya. Saya, yang sudah terlanjur kepincut dengan barang tersebut, percaya saja dengan alasan mereka. Saya kebetulan pernah mengetahui dari beberapa penjual online, bahwa mereka kerap mengeluhkan lamanya menanti dana di marketplace ditransfer ke rekening mereka. Hanya karena pembeli tidak langsung melakukan konfirmasi saat barang sudah diterima, maka dana pun tidak akan diteruskan, padahal barang sudah sampai di pembeli. Maka saya pun menyimpulkan, alasan yang diberikan penjual tersebut wajar. Saya lalu memilih untuk tetap bertransaksi dengannya. Sejumlah uang pun saya transfer setelah memberikan detail alamat dan nomor telepon saya. Pihak penjual kemudian mengatakan bahwa ia akan segera memproses produk yang saya pilih.
Tiga hari pun berlalu, barang yang saya pesan belum juga tiba. Kebetulan saat itu memang sedang libur panjang, sehingga saya pun mencoba memaklumi hal ini. Hanya saja entah kenapa hati saya mulai merasa ragu dan curiga. Saya lalu mencoba menenangkan diri dengan menanyakan kembali apakah benar pesanan saya sudah dikirim dan meminta nomor resi pengirimannya. Pihak penjual masih merespon pertanyaan saya dengan mengkonfirmasi bahwa barang sudah dikirim, tetapi tetap tanpa memberikan nomor resi. Hati saya semakin dag dig dug rasanya.
Dihubungi Pihak Bea Cukai Antah Berantah
Di hari ke empat, saat saya sedang makan siang bersama suami, tiba-tiba seseorang yang mengaku dari Bea Cukai bandara Soekarno Hatta menghubungi saya. Orang tersebut mengatakan bahwa barang saya tertahan di bandara karena kurangnya dokumen pajak pembelian dan sebagainya. Ia meminta saya menghubungi pihak penjual untuk meminta dokumen tersebut.
Di sini saya semakin curiga, “Duh, penipuan apa lagi ini?”, pikir saya. Dengan cepat saya menghubungi pihak penjual melalui pesan Whatsapp dan menanyakan dokumen tersebut sesuai permintaan orang yang mengaku Bea Cukai tersebut. Lucunya, pihak penjual kali ini menghubungi saya langsung melalui telepon dan berkata bahwa mereka belum pernah mengalami ini dan mereka akan bertanggung jawab dengan apa pun yang dibutuhkan. Saya diminta kembali menghubungi pihak Bea Cukai tadi sambil meminta untuk terus berkomunikasi dengan si penjual.
Fixed, Saya telah Tertipu
Fixed. Saya pun sadar bahwa saya memang jelas tertipu. Saya teringat kembali bahwa saya berulang kali telah meminta nomor resi pengiriman barang kepada penjual yang adalah penipu dan tak pernah diberikan. Anehnya, orang yang mengaku Bea Cukai tadi terus sibuk menghubungi ponsel saya dan mengirimkan pesan di Whatsapp dengan huruf besar dan nada mengancam mengatakan bahwa saya telah melakukan pembelian barang ilegal dan sebagainya.
Suami saya segera memblokir nomor tersebut setelah mendengar penjelasan saya. Nomor orang yang mengaku Bea Cukai tersebut ternyata telah ditag di aplikasi GetContact dengan nama “Bea Cukai s*nting”. Saya juga sudah tak bisa lagi menghubungi penjual penipu, alias pemilik akun preloved_authentic_luxury tersebut. Sepertinya nomor saya telah diblokir oleh si penipu.
Pak suami yang sudah paham bahwa saya ditipu pun mencoba menenangkan saya. Perasaan kesal, marah, kecewa, sekaligus merasa bodoh karena telah tertipu terus berkecamuk di dada. Niat ingin belanja murah, malah tertipu jutaan rupiah. Butuh seharian rasanya mengembalikan pikiran saya untuk tenang kembali dan menertawakan kecerobohan saya.
Ya, ini pertama dan terakhir kalinya saya tertipu dalam urusan jual beli online, janji saya kuat-kuat.
Tips agar Tidak Tertipu saat Jual Beli Online
Dari pengalaman saya ini, banyak sekali rasanya hikmah yang bisa saya ambil. Beberapa di antaranya seperti di bawah.
1. Bertransaksilah hanya melalui platform marketplace yang terpercaya
Platform seperti Tokopedia, Shopee, Blibli, dan lainnya memang hadir sebagai jembatan antara penjual dan pembeli. Semua transaksi tidak dilakukan langsung tetapi melalui mereka sebagai perantara. Pembeli akan mentransfer uang ke pihak marketplace dan jika barang telah diterima pembeli barulah dana tersebut akan diteruskan ke pihak penjual. Hal ini tentu akan sangat mengurangi maraknya penipuan di dunia jual beli online seperti di atas.
2. Instal aplikasi yang melakukan check tag nomor telepon yang masuk ke ponsel anda
Salah satunya adalah GetContact. Aplikasi ini pada dasarnya akan mengambil database nomor telepon di ponsel pengguna dan mencatat label-label nama apa saja yang terdaftar sesuai dengan masing-masing nomor yang disimpan. Contohnya, jika kita menyimpan nomor penipu dengan label “Penipu”, maka orang lain akan melihat hal serupa saat mereka dihubungi oleh nomor tersebut. Walau tidak selalu akurat karena seringkali penipu berganti-ganti nomor telepon dengan mudah, namun setidaknya kita dapat meminimalisir menerima nomor-nomor yang mencurigakan. Bagi saya, saat ini saya sudah memberikan tag “Penipu” pada nomor-nomor di atas sehingga mudah-mudahan tidak ada lagi korban lainnya yang tertipu.
3. Belanja dengan tenang, jangan mudah FOMO (Fear of Missing Out)
Berbelanja online harus selalu hati-hati. Jangan mudah tergiur barang murah sebelum benar-benar memastikan nilai sesungguhnya di pasaran. Selalu cek produk yang akan dibeli melalui beberapa media online lainnya. Kesalahan saya kemarin adalah berharap mendapat barang dengan harga yang terlampau murah dibanding harga pasaran.
Baca Juga: 5 Cara Mencegah FOMO
4. Cek nomor rekening penjual sebelum bertransaksi
Jika memang teman-teman terpaksa melakukan transaksi online secara langsung, sempatkan sedikit waktu untuk melakukan cek rekening pihak penjual. Salah satunya melalui cekrekening.id yang dimiliki oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Di sini teman-teman bisa melakukan pengecekan apakah rekening yang diberikan pihak penjual terpercaya atau setidaknya belum pernah mendapat laporan atau komplain.
5. Selalu berhati-hati dan waspada. Jangan pernah sombong atau merasa lebih cerdas dari orang lain
Untuk tips yang satu ini, saya tujukan terutama untuk saya pribadi. Karena saya yang seringkali merasa “pintar” dan tak pernah tertipu secara online, kali ini mendapat ujian yang tak diduga. Untuk itu, selalu berhati-hati dan waspada saat akan bertransaksi online. Mohon perlindungan pada ALLAH Yang Mahakuasa agar kita senantiasa dijauhkan dari keburukan dan hal-hal dzalim di sekitar kita.
Nah, teman-teman ada yang pernah mengalami kejadian tak enak serupa dengan saya? Semoga tidak ya. Namun jika pernah, apakah ada tips lain yang bisa dibagikan untuk menghindari hal serupa? Tulis di kolom komentar ya…
Ngeri ya saat ini, semakin mudah teknologi untuk digunakan juga ada celah yang dimanfaatkan oleh pihak tidak bertanggungjawab
terima kasih sharingnya Kak, sangat bermanfaat
Betuk Kak. Semakin mudah teknologi, semakin ada saja celah bagi orang yang ingin memanfaatkannya untuk tujuan tidak baik..
Wah terima kasih tips dan sharingnya, Mbak. Semoga Allah gantikan dengan rezeki yang lebih baik. Greget banget, memang harus berhati-hati dan tidak mudah tergiur kalau belanja online
Aamiin.. Terima kasih Mbak doanya..
Memang kita harus selalu berhati-hati ya setiap saat.
Geregetan banget baca ini. Kakak sepupu saya belum lama juga mengalami hal yang sama. Parahnha dia dua kali kena. Setelah saya beri tahu belinya di marketplace besar aja jangan di Facebook. Beli pilih yg COD lebih aman.
Sama Mbak. Saya pun kadang kalau teringat masih gregetan. Hehehe. Padahal sudah bertahun-tahun sudah gak pernah bertransaksi langsung lagi dari platform-platform seperti IG atau FB, terutama sejak era marketplace yang lebih aman. Entah kenapa kemarin kok tergoda..
Ya allah ilmu banget nih baru tahu hal seperti ini. Scam fatal juga ya akibatnya jika kita awam.
Iya Umm.. Harus selalu waspada memang kita.
Naudzubillahimindzalik mba… Jangan sampai kejadian deh. Kalau aku pribadi biasanya pkai e-commerce langganan dan baca review biar yakin sebelum beli.
Iya Mbak.. Semoga kita dihindarkan ya dari hal-hal semacam ini ke depannya.. Saya pun sebenarnya sudah tidak pernah lagi berbelanja langsung ke penjual dari instagram atau FB seperti ini. Entah kenapa kok masih bisa tergoda kemarin itu.. hix
Saya pernah juga hampir tertipu, mbak, padahal juga sering mengingatkan orang lain ahaha. Jadi kalau menurut saya mungkin udah takdirnya kena apes. Soalnya waktu itu saya agak nggak fokus, memang teori kadang nggak semudah saat praktek. Semoga rezeki yang hilang segera diganti ya kak
Aamiin..
Betul Mbak, padahal saya yang paling rajin mengingatkan orang lain untuk bertransaksi lewat media yang lebih meyakinkan saja seperti marketplace-marketplace besar sekarang. Hehehe, ternyata saya sendiri yang terjebak. Duh, kapok sekali rasanya..
Innalillahi wainna ilaihi rajiuun, semoga menjadi penggugur dosa, ya, Mbak. Emang paling bener belanja online via marketplace, ya. Itu pun harus tetap waspada karena penipu itu kerjaannya memang mencari celah saat kita lengah. Di marketplace pun tidak jarang ada penipuan. Namun, setidaknya ada pihak ketiga yang menjembatani.
Trima kasih mba, sharingnya, semoga mendapat ganti rezeki yang berlipat ya, mba. Memang benar harus belanja di market place terpercaya, yaa, saya juga engga kalau tidak lewat toko orage atau hijau lebh baik urung saja. kerana ada beberapa kerabat juga kena tipu saat belanja lewat IG.
Saya juga pernah ketipu gini mba. Modusnya lewat instagram. Begitu saya komen, langsung dikejaaarr terus. Nominalnya ga sampe 200 ribu sih, tapi sakitnya hatinya itu loh mengingat betapa ganjilnya perilaku penjual, kok ya saya turutin aja hiks… Semoga hal seperti ini jadi pertama dan terakhir untuk kita yaaa..
Wah ngeri banget mba, sekarang ini memang ada aja ya cara orang nipu. Dan mereka kebanyakan memainkan kondisi psikologis korban dengan mengancam, kalau nggak kuat mental bisa tertipu itu.
Innalillahi wainna ilaihi rajiuun.
Ka Shal.. sesungguhnya, aku pun pernah mengalami hal yang sama.
Dan bener yaah, kalau uda kena titik psikologis kita untuk belanja ((impulsif)) – jadi gabisa mikir dan rasanya tangan tuh automatically gerak ((buat transfer, dll))
Turut sedih..
In syaa Allaa diganti dengan yang jauh lebih baik lagi, ka.
kadang memang kalau ketemu barang yang dipengen gitu kita suka hilang waspada ya, mbak. saya juga pernah hampir ketipu saat mau jadi reseller skincare gitu malah diarahkan ke akun paylater untung nggak jadi. semoga uang yang hilang diganti dengan yang lebih baik ya mbak