Naik Jip, Berkuda, hingga Mendaki Ratusan Anak Tangga Demi Menuju Puncak Bromo
Gunung Bromo hingga detik ini masih menjadi tujuan wisata favorit bagi banyak orang. Walau tak mudah untuk dicapai, terutama bagi saya yang tinggal di Barat Pulau Jawa ini, Bromo senantiasa memesona untuk dikunjungi baik bagi turis lokal hingga mancanegara.
Masih teringat rasanya Mendaki ratusan anak tangga menuju Puncak Bromo. Saat itu Bromo memang menjadi bagian dari wishlist saya saat sedang berkunjung ke kota Malang. Sebagai salah gunung berapi yang masih aktif, begitu sering rasanya saya mendengar cerita tentang Bromo. Nama-nama tempat seperti Bukit Teletubbies dan Pasir Berbisik yang ada di sana sepertinya sangat berkesan di hati banyak orang.
Perjalanan ke Bromo ditempuh sekitar 1 jam 30 menit dari kota Malang melalui daerah Tumpang. Jalur menuju ke sana seperti jalur antar kota pada umumnya. Hanya saja semakin mendekati Bromo, jalur menanjak yang berliku pun akan menyambut para pengunjung. Biasanya, para wisatawan dari berbagai kota sekitar seperti Malang atau Surabaya akan menuju Bromo mulai tengah malam. Harapannya tentu melihat sunrise alias matahari terbit dari puncak gunung.
Baca Juga: Ketika Menuju Kota Malang
Memasuki Kawasan Gunung Bromo
Saya dan keluarga tiba di Bromo sekitar pukul 9 pagi. Di saat kendaraan para penikmat sunrise sudah ramai turun, kami sebaliknya justru baru menanjak ke arah tempat parkir kendaraan di Gubuk Klakah. Lokasi ini adalah salah satu titik pintu masuk Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Di sana kami kemudian menyewa jip guna menjelajah ke dalam kawasan Gunung Bromo. Medan yang akan kami lewati memang lahan berpasir sehingga harus dilalui dengan kendaraan seperti jip yang memiliki ban dengan tekstur lebar, tebal, dan tapak yang kasar.
Naik Jeep dari Savana hingga Bukit Teletubbies
Jip kami mulai masuk ke wilayah lautan pasir. Tujuan pertama adalah Bukit Teletubbies. Bukit yang diberitakan mirip dengan bukit-bukit yang ada di dalam film anak berjudul Teletubbies. Deretan bukit ini menjulang cantik ke atas dan membentuk segitiga-segitiga kecil yang simetris dan diselimuti oleh hamparan rumput hijau. Indah sekali.
Di sini pemandu wisata yang juga mengemudikan jip kami berhenti sejenak dan mempersilakan kami untuk melihat-lihat sambil berfoto. Sejauh mata memandang, yang tampak adalah hijaunya rumput yang rapat memenuhi bukit-bukit di hadapan kami. Anak-anak pun senang dan mulai berlarian. Mungkin di dalam pikiran mereka, kapan lagi mereka bisa bertemu lapangan luas berkarpet hijau tak berbatas seperti ini?
Hamparan Pasir yang Berbisik
Titik selanjutnya adalah hamparan pasir luas yang berwarna abu kehitaman atau kerap disebut-sebut dengan nama Pasir Berbisik. Istilah ini ternyata berkaitan dengan suara yang ditimbulkan saat hembusan angin menyapu pasir-pasir di sana dan menimbulkan suara layaknya bisikan-bisikan di telinga orang yang melewatinya. Selain itu, kisah Pasir Berbisik juga dipopulerkan oleh film yang dibintangi Mbak Dian Sastrowardoyo dengan judul yang sama, Pasir Berbisik.
Di kawasan ini, para wisatawan dapat berpuas hati menikmati pemandangan yang jarang dijumpai di kota-kota besar. Gundukan-gundukan pasir abu kehitaman di mana-mana. Luas dan lapang. Terkadang nampak gumpalan-gumpalan awan bergerak ke sana ke mari, memayungi pasir-pasir yang terpijak oleh orang-orang di atasnya.
Setelah merasa cukup bermain dan mengukir jejak di antara pasir-pasir yang berbisik, kami pun bergegas kembali ke jip. Tujuan selanjutnya tentu Kawah Bromo.
Berkuda agar Lebih Dekat dan Mudah Menuju Puncak Bromo
Kami pun tiba di sebuah titik di mana banyak kendaraan, termasuk jip-jip wisata, terparkir rapi. Di sini kami diinformasikan oleh pemandu wisata bahwa untuk menuju puncak Bromo dan melihat kawahnya, kami perlu berjalan kaki terlebih dahulu untuk mendekat ke arah tangga batu yang berjarak kurang lebih 2 kilometer dari lokasi kami parkir. Cukup jauh ternyata. Namun tenang saja, karena ternyata ada pilihan lain yang lebih hemat tenaga, yakni berkuda.
Kami pun diarahkan untuk bernegosiasi langsung dengan para pemilik kuda yang memang terlihat di sekeliling. Kuda-kuda tersebut nanti akan membantu mengantar kami ke anak tangga menuju kawah Bromo. Setelah bernegosiasi dengan pemilik kuda, maka ditentukanlah bahwa untuk satu ekor kuda, kami perlu merogoh kocek sekitar Rp 150.000. Harga ini sepertinya sudah disepakati oleh para pemilik kuda, sehingga yang saya lihat tak ada lagi tawar menawar yang alot di sana.
Jalur yang akan kami lalui terlihat penuh dengan pasir dan batu. Satu ekor kuda hanya boleh ditunggangi oleh satu orang dewasa atau satu dewasa dan satu anak. Saya pun menunggangi kuda tersebut bersama dengan anak sulung saya. Berada di atas kuda nyatanya cukup membuat badan pegal dan lelah juga ya. Kami harus terus menjaga keseimbangan tubuh agar tidak oleng ke sana ke sini.
Ratusan Anak Tangga Menuju Puncak Bromo
Kuda pun berhenti dan kami dipersilakan turun untuk berjalan ke arah anak tangga yang menjulang tinggi di hadapan. Pemilik kuda berkata bahwa ia akan menunggu dekat di tempat kami diturunkan. Kami pun mulai menapakkan kaki ke anak-anak tangga yang sulit terlihat ujungnya.
Ada positifnya juga kami tidak datang ke Bromo di waktu-waktu mengejar sunrise. Pengunjung yang menuju puncak Bromo tak lagi terlalu ramai. Kami bisa lebih leluasa memanjat deretan anak tangga batu yang ada di sana. Walau begitu, saya tetap membutuhkan waktu cukup panjang untuk bolak balik mengatur langkah dan napas di sana. Jumlah anak tangga yang harus kami panjat ternyata kurang lebih mencapai 250 anak tangga. Banyak sekali bukan?
Saya pun mulai tertinggal dari yang lain. Anak-anak dan pak suami terlihat cepat sekali berjalan jauh di depan. Bahkan anak sulung pun sudah beberapa kali bolak balik, naik turun tangga guna memanggil dan membersamai saya. Sedangkan ibunya ini? Hahaha, tiap 10 meter langkah kaki pun saya hentikan untuk mengambil napas. Sungguh melelahkan. Jika saja tidak termotivasi oleh bayangan pemandangan indah yang akan saya lihat di atas nanti, tentu saya sudah memilih jalur sebaliknya, alias turun dan pulang.
Mengintip Kawah Bromo
Setelah kurang lebih 15 menit menanjak, akhirnya kami pun tiba di puncak. Sebuah lubang besar menganga di depan kami. Yes, inilah Kawah Bromo. Kawah besar yang terbentuk akibat letusan Gunung Bromo (letusan terakhir tahun 2019). Diameter kawah berjarak kurang lebih 800 meter Utara ke Selatan dan 600 meter Timur ke Barat. Tinggi Gunung Bromo sendiri 2614 mdpl (meter di atas permukaan laut). Sumber: Gunung Bromo di Wikipedia.
Melihat kawah yang luas dan dalam, ada sedikit perasaan takut atau khawatir dan membuat saya bolak balik mengingatkan anak-anak agar menjauhi pagar pengaman di sekeliling kawah. Setelah puas mengamati Kawah Bromo, saya pun mengusulkan agar kami semua bergegas turun dan pulang.
Pengalaman mengeksplorasi kawasan Bromo adalah sebuah momen seru yang sungguh berkesan. Saya pun menjadi lebih paham, jika berwisata santai seperti ini saja sudah memberi kesan tersendiri, bagaimana perasaan para pendaki yang memang murni menjelajah dan menikmati terbitnya sang surya dari puncak Bromo ya? Tentu kenangan yang hadir lebih membekas di hati.
Teman-teman sudah pernah berwisata ke Bromo? Ada cerita unik yang ingin dibagikan?
Gunung Bromo salah satu tempat wisata yang pengen aku datangi jugaaa…
Memang kebanyakan wisatawan memilih untuk datang pagi buta guna menikmati keindahan sunrise tapi kalau pas hari libur bisa dibayangkan bagaimana ramai nyaa sie ya…
Semoga next bisa nyusul ke Bromo buat merasakan sensasi menaiki 250 anak tangga 🙂
Salah satu wishlist bisa ke Bromo bersama suami..dan segala aktifitas menyenangkan nya..bisa berkuda, naik jip dan lainnya
Walaupun tidak sempat menikmati keindahan sunrise di Gunung Bromo, tapi tak apeulah ya mab…. terbayar dengan kepuasan mengeksplorasi berbagi keindahan lain yang ditawarkan Bromo dengan jadi lebih leluasa karena tidak terlalu ramai
Kira-kira 10 tahun yl pernah ke Gunung Bromo, tapi waktu itu, aku engga berani sih naik ke atas mendekati kawah. Jadi pas sunrise aja dari menara pandang, trus turun ke savana, engga ikut naik. Memang seru sih dan menarik suasana Gunung Bromo itu…
Walaupun panas dan berdebuan, tapi perjalanan menuju puncak gunung bromo ini tetap mengasyikkan! semua perjalanan terbayar saat sampai dan menikmati megahnya ciptaan tuhan ya, kak
tempat yang penuh dengan cerita disana. sudah lama gak main kesana, kapan-kapan pengen ke gunung bromo, kwwkkw
Bromo tuh bagus ya untuk rekreasi keluarga.. Anak-anak bisa lebih dekat dengan alam. Beberapa kali suami ngajak tapi belum ada waktu yang pas nih. Baca jni jadi semangat
bromo ini memang salah satu destinasi wisata yang banyak dikunjungi kalau ke jatim yaa. aku juga belum pernah nih ke bromo padahal katanya cantik banget pemandangan di bromo ini
Saya ke Bromo 14 tahun yang lalu saat anak-anak masih balita dan batita.
Saat itu beberapa objek dan fasilitas yang disebutkan di sini belum ada
Saya dan si sulung hanya sampai area menuju anak tangga , ga sampai kawah karena dia nampak sesak (dia ada asma) Sementara suami gendong si bungsu sampai lihat kawah.
Pengin ke sana lagi, penasaran sama kawahnya hihi. Semoga nanti
Wah, jadi kangen Bromo. Dulu ke sana waktu awalnikah, 11 tahun lalu. Kami tim pengejar sunrise, Mbak. Btw sekarang sewa jip berapa ya Mbak?
Bromo menjadi salah satu tempat wisata di Jawa Timur yang cukup favorit ya
Meski harus menempuh perjalanan yang cukup menangtang, rasa capeknya terbayar saat melihat keindahan alamnya
Wah, bromo ini merupakan salah satu bucketlist ku. Harus siap fisik ya kalau mau ke puncaknya soalnya harus tetep mendaki meski pakai tangga. Kalau di lautan pasir sih masih bisa pakai jeep atau berkuda.
Beberapa kali berencana ke bromo selalu gagal aja, baca artikel mbak jadi menggebu kembali untuk ke bromo biar ga jadi wacana aja nih
Waah, alhamdulillah yaa..
Sejak kebakaran besar kemarin, kini sudah mulai menghijau kembali. Senang melihat Kawasan Bromo bisa dikunjungi kembali.
Yang berkesan menurutku pas naik ke Bromo-nya yaa.. Tapi pas aku kesana gak ada upacara adat apa-apa.. Jadi murni liat kawahnya aja. Dan takjub karena uda ada tangga yang menapaki hingga ke puncak Bromo.
Aku salfok sama foto anak-anaknya yang pelukan di atas mobil. Very cutesy sih itu. Hihi gemes banget. Aku belum pernah ke Bromo eh dan jadi wishlist aku banget. Penasaran dan mau juga punya foto kece di sana.
Waah kapan ya saya bisa kesini. Malah duluan ponakan dan kakak saya yang kesini. Duh pengen banget
Bromo yang jaraknya cukup jauh, pasti jadi prioritas buat para pecinta alam. Wah, saya udah lama di Jawa tapi belum ke Bromo nih. Harus diagendakan.
Setuju Kak, kunjungan ke Bromo memang seru dan tak terlupakan. Masih ingin ke sana lagi sih, tapi belum kesampaian nih.. Ohya waktu itu kami ke sana ngejar sunrise, jadi saat berangkat suasana gelap. Nah, waktu pulang kan sdh terang, melewati jalanan menuruni gunung itu..sungguh bikin deg2an..haha..
Walau jg tinggal di Jatim, aku malah blm sempat ke Bromo. Haha. Duh parah sih. Dulu ama teman SMP udh atur rencana buat ke sini bareng. Tp tiba2 ada teman yg sakit. Jd batal deh ke sana brg.
Smg bs traveling ke sini ah. Minimal sekali. Haha. Sama2 org Jatim jg. Malah blm prnh ke sana. Malu euyy. Wkwk
iri banget aku sama orang-orang yang ke bromo. rasanya pengen bangettttttt. semoga kesampean ya 😀
Keren banget! Seru ya bisa naik kuda dan nikmatin pemandangan di Bromo. Pengalaman yang nggak bakal terlupakan, pasti!
Asyik, ya! Naik anak tangga sambil menikmati pemandangan, pasti capek tapi seru! Bromo emang selalu punya pesona sendiri.
maasyaAllah seru banget, salah satu yang dipengen itu jelajah bromo, semoga suatu saat bisa kesampaian ke sana juga.
Orang-orang yang ke Bromo sama anak keren sih. Kebayang kita orang dewasa aja lelah mencapai puncaknya. Apalagi anak-anak dengan segudang dramanya.
Dari dulu Bromo ini jadi salah satu wishlist saya. Tapi sampai sekarang belum terwujud. Baca artikel ini jadi ingat wishlist yang belum terwujud itu.
Bromo sangat cantik
Menaiki ratusan anak tangga tak jadi masalah ya
Capeknya terbayar
Wah dulu naik jeep di bromo karena saking capeknya perjalanan dari jogja walaupun kehempas di jalanan berpasir bromo. Kami semua tetap tertidur haha
Bromo itu ga pernah ngebosenin. Baca ini jadi keinget pengalaman ke Bromo, lewat tengah malam udah berangkat dari penginapan demi mengejar liat sunrise terus naik ratusan anak tangga Bromo sampai ngos-ngosan. Tapi worth it bangeeeet.
Molly gak bisa ikutan mendaki kalo mesti naik tangga. Huhuu sedih banget. Gak ada jalur kursi rodanya.
Momen yang bikin mupeng kalo melihat temen² lagi di Bromo adalah melihat mereka naik jeep maupun naik kuda, huhu. Itu kayaknya asik banget ya, karena juga lokasinya pun cantik ya
seruuu sekali jalan-jalan ke Bromo mba..satu hal yg saya agak sesali pas masih tinggal di daerah jatim itu karena belum pernah ke bromo hiiks