Ilustrasi Gowes di Kawasan Perbukitan (Sumber: Empire331 - Getty Images)
Menjelajah Bumi

Pengalaman Gowes di Trek Rindu Alam

Cerita gowes di Trek Rindu Alam ini murni datang dari pengalaman saya yang seorang pemula ya teman-teman. Sekitar sepuluh tahun yang lalu, setelah kerap mendengar beberapa cerita teman tentang serunya bersepeda di jalur-jalur pinggir kota, akhirnya saya pun memutuskan untuk membeli sebuah Mountain Bike alias MTB. Pertimbangannya? Agar bisa dibawa ke mana saja. Aman masuk trek bebatuan dan tetap nyaman untuk digowes di jalan raya walau tak secepat sepeda tipe roadbike pada umumnya.

Namun apa pun jenis sepedanya, yang juga memiliki andil menentukan suksesnya sebuah perjalanan bersepeda menurut saya adalah keahlian, kekuatan, plus endurance, alias ketahanan. Bukan hal yang langka rasanya kita dipertemukan dengan seorang bapak tua pengangkut barang dagangan dengan sepeda seadanya yang nampak santai gowes di jalan menanjak. Di sisi lain, bagi pesepeda pemula seperti saya, melewati trek mulus sedikit naik turun seperti di jalanan ibukota saja sudah cukup membuat terengah-engah kelelahan.

Namun dasar saya, pecinta tantangan yang angin-anginan. Begitu suatu saat diajak seorang teman untuk menjelajah, gowes di trek Rindu Alam (RA) Puncak, saya pun mengiyakan dan berangkat dengan semangat 45. Maklum newbie, tanpa modal survey jalur dan rute ditambah fisik seadanya, modal saya berangkat saat itu hanyalah sebuah sepeda dan nyali alias nekat. Padahal dulu saya terbilang jarang berolahraga berat loh.

View dari Trek Rindu ALam
View dari Trek Rindu Alam (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Parkir Kendaraan di Gadog

Berhubung kami, eh saya, kala itu bukanlah seorang pesepeda sejati. Maka perjalanan menuju Puncak pun masih dibantu dengan kendaraan roda empat, alias mobil. Yak, roda depan sepeda kami bongkar terlebih dahulu agar bisa diangkut masuk ke dalam mobil.

Berangkat dari rumah sekitar pukul 5.30 pagi, kami pun tiba di Gadog sebelum pukul 7. Segera kami parkir kendaraan di salah satu lahan parkir rumah makan besar yang memang mengizinkan kami untuk meninggalkan kendaraan di sana. Dari Gadog, kami lalu menyewa angkutan umum dan sebuah mobil bak untuk mengangkut sepeda ke daerah Rindu Alam. Biayanya? Jujur saya lupa, tapi yang jelas kami urunan berlima.

Minder dengan Para Pesepeda Berpengalaman

Petualangan pun dimulai. Sepeda kami turunkan dari mobil pengangkut, dan mulai dipersiapkan untuk masuk ke trek. Perasaan senang namun juga minder bercampur baur. Di lokasi ternyata sudah banyak terlihat pesepeda berpengalaman yang sudah siap dengan segala perlengkapannya. Ingin rasanya saya pulang saja dan tidur saja kembali di rumah. Tapi apa daya, rasanya sudah tak mungkin untuk turun kembali ke titik awal. Lagi pula siapa suruh terlalu PD (percaya diri) ikut-ikutan petualangan macam ini hehehe, saya menertawakan diri sendiri.

Menelusuri Jalur Kebun Teh di Trek Rindu Alam

Kami pun mulai menelusuri jalur bebatuan yang masuk di area perbukitan hingga kebun-kebun teh. “Duh, sudah gak mungkin balik arah nih”, pikir saya. Saya kemudian hanya bisa pasrah berusaha mengejar teman di depan yang memang sudah tinggi jam terbangnya dalam urusan sepeda ini.

Kami terus menyusuri jalan yang hanya selebar sepeda. Keluar masuk area kebun teh. Bertemu pohon-pohon tinggi di hutan. Melewati Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Walau deg-deg-an, tapi ternyata jalur ini seru juga untuk dinikmati loh. Sensasi udara dingin dan sejuknya angin membantu mengeringkan keringat yang terus-terusan mengalir di pelipis. Hijaunya gunung dan perbukitan terus menerus menjadi obat lelah selama perjalanan.

Ilustrasi Kebun Teh di Puncak (Sumber: Alfan Sha – Getty Images)

Mendaki Tanjakan Terkenal

Gowes di trek Rindu Alam ini biasanya ditandai dengan puncak perjalanan yang berupa tanjakan terkenal dengan sebutan Ngehe (maaf).

Kenapa itu istilahnya ya? Jadi, menurut cerita teman-teman, saking panjang dan melelahkannya jalur tersebut, orang-orang banyak yang mengeluarkan sumpah serapah atau mengumpat dengan istilah di atas. Maka kemudian terkenalah area ini dengan sebutan tersebut.

Saya sendiri, yang sadar dengan kemampuan diri, setibanya di kawasan Ngehe memutuskan untuk menyewa joki yang bisa menggoweskan sepeda saya sampai ke tujuan hahaha, mohon jangan di-bully ya. Pertimbangannya, dibanding saya menahan laju teman-teman yang lain dengan lamanya saya gowes, maka saya lebih baik tahu diri dan meminta bantuan warga lokal yang memang sudah ahli malang melintang di bidang ini. Oh iya, joki di jalur ini ternyata ada juga anak-anak kecil setingkat kelas 5, 6 SD loh. Menurut mereka, selain untuk mendapatkan tambahan uang jajan, mereka nyatanya memang menikmati kesempatan menggowes berbagai jenis sepeda yang ada di sana. Selepas sampai di atas, kami pun bergegas mengarah pulang karena hari sudah cukup siang.

Ilustrasi Gowes di Alam (Sumber: Natasja Jovic – Getty Images)

Jalur Pulang dengan Turunan Panjang dan Berliku

Jalur kembali menuju tempat kami memarkirkan kendaraan tak kalah menantang. Kali ini teman kami menunjukkan jalur pulang yang nyaman berlapiskan aspal. Melewati area Taman Safari, Cisarua, dan memotong beberapa kawasan villa, perjalanan kami menjadi lebih ringan dan hemat tenaga. Walau tentu saja kami masih juga tetap dipertemukan dengan beberapa tanjakan.

Dan jangan salah, saat bersepeda di turunan tajam, kita justru perlu ekstra berhati-hati. Keahlian menggunakan rem depan dan belakang dengan tepat dan seimbang jadi kunci keselamatan. Karena jika salah, alih-alih bersantai, kita justru bisa terpelanting tanpa kendali.

Sebandingnya Tantangan dengan Pemandangan

Bersepeda di trek Rindu Alam memang cukup menantang bagi saya. Dengan jalurnya yang naik turun dan dipenuhi bebatuan, maka skill atau kelincahan bersepeda cukup diandalkan. Saya sendiri bahkan sempat nyungsep alias jatuh ke area perkebunan teh hanya karena telat menghindar dari batu kerikil. Lumayanlah, oleh-oleh berupa baret-baret di berbagai sisi tubuh pun jadi kenangan.

Perjalanan bersepeda yang berjam-jam pun jadi sebuah pengalaman baru yang asyik. Saya dan teman-teman kebetulan baru sukses keluar dari jalur tersebut sekitar pukul 2 atau 3 sore. Rasanya kunci sukses saya bisa kembali ke titik awal hanyalah sejumput semangat untuk bisa segera pulang dan istirahat.

Baca Juga: Sunmori ke Kafe Asyik di Gunung Batu, Bogor

Tips Pemula agar Nyaman Gowes di Trek Rindu Alam

1. Menggunakan sepeda yang nyaman dan pas dengan kegunaannya. MTB dengan ban lebih tebal yang biasanya memiliki kembang atau corak lebih dalam.

2. Memakai pakaian yang juga nyaman dan melindungi tubuh dengan baik. Walaupun daerah Puncak termasuk sejuk, nyatanya, jalur yang akan dilalui penuh dengan pepohonan, tanaman, dan serangga. Oh iya, membawa 1 set pakaian ganti dan peralatan sholat juga penting ya teman-teman.

3. Membawa perlengkapan sepeda yang cukup, di antaranya: alat penambal ban, patch atau karet penambal, cadangan band dalam, pompa kecil, hingga tools seperti obeng dan tang.

4. Pentingnya air mineral, makanan kaya nutrisi, seperti fitbar. Walaupun di sepanjang jalur kita masih sering dipertemukan dengan warung-warung lokal, namun ada kalanya kita akan berada di jalur yang hanya penuh pepohonan dan kebun.

5. Melengkapi diri dengan obat-obatan pribadi. Bagi saya, satu pouch kecil berisi obat-obatan pribadi juga tak kalah penting. Obat maag, penurun panas, dan betadine biasanya masuk ke dalam list saya.

6. Selain itu, sebelum berangkat ke lokasi tujuan, jangan lupa untuk sering-sering berlatih terlebih dahulu di jalur yang lebih ringan. Seperti menjelajah di sekitar rumah, masuk ke jalur-jalur pinggiran kota, dan lainnya.

7. Terakhir, selain berdoa, rajin-rajinlah berlatih fisik terlebih dahulu agar siap dengan kondisi lapangan yang memang akan sangat berbeda dengan jalur sepeda harian pada umumnya.

24 thoughts on “Pengalaman Gowes di Trek Rindu Alam

  1. Newbie memang banyak tantangannya ya, Mbak, termasuk dalam bersepeda . Biasanya pun sampai muncul pikiran untuk menyerah. Kemauan saja yang membuat newbie terus bertahan. Ayo, tetap semangat bersepeda!

    1. Iya Mbak, walaupun ada perasaan malu, tapi akhirnya sadar bahwa kekuatan saya belum seperti yang lain, akhirnya mengalah sajalah, request bala bantuan dulu.. hehehe

  2. Aih seru banget ya jadi kangen sepeda-sepedaan lagi,apalagi kalo treknya secantik Rindu alam jadi tambah semangat ya

  3. Wah lebih seru ya sepedaan di sini, udaranya lebih segar, jalurnya menantang. Dulu waktu sekolah pernah beberapa kali tea walk di puncak sini, tapi entah trek yang mana. Dulu ikut rombongan hehe.

  4. Wah seru banget. Lelahnya bersepeda, melewati rintangan beragam trek apalagi buat newbie tampaknya jadi terbayar dengan pemandangan indahnya ya Mba. Jadi ingin nyoba deeh😀

  5. sejak pandemi kemarin olahraga sepeda ini memang semakin diminati yaa. di kantorku sekarang juga ada klubnya. aku sendiri belum pernah sepedaan nih hihi padahal bikin sehat yaa

  6. wah seru banget bisa main sepedaan di daerah ini, saya belum berani untuk gowes ke daerah daerah nanjak seperti ini, masih suka ngeri-ngeri, tapi kapan-kapan saya bisa coba niy

  7. Kayaknya seru banget, aku yg gowes dengan tanjakan yg minim aja udah ngos-ngosan plus rasanya kaki tuh oegel banget apalagi kalau track.y kayak di atas. Tapi, worth it sih sepertinya buay dicoba

  8. Pengalaman asyik begini … paling asyik ketika akhirnya menemukan seimbangnya tantangan dan pemandangan yang diperoleh ya Mbak … beeuuh … rasanya pengen lagi gowes ke sana lagi kan? Eh …. bener nggak?

  9. Kalau sepedanya di joki-in, kak Shal jalan kaki berarti ya..?
    bener-bener perjuangan luar biasa gowes di trek Rindu Alam. Keren kak Shal.
    Akutu berat dikit, apalagi tanjakan, sambataaan terooss.. huhu.. terus ini dikasih trek persis di adegan Petualangan Sherina gitu ya..? Seger banget, sepanjang mata memandang.

  10. Banyak juga ya perlengkapan yang kudu dibawa klo mau mtb gini, ada penambal ban juga yaaa… Bikin penasaran nih tracking di medan seperti ini. Saya klo gowes cuma di jalan raya aja selama ini.

  11. Salut sama orang2 yang suka gowes. Fisiknya pasti kuat banget tuh. Aku bersepeda dari rumah ke warung aja udah engap.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *