Book & Movie Review

Review Novel: Perempuan Suci (Karya Qaisra Shahraz)

Sebenarnya novel Perempuan Suci ini telah terbit belasan tahun lalu di Indonesia, pada sekitar tahun 2006 oleh penerbit Mizan. Hanya entah kenapa saya baru sanggup meluangkan waktu untuk membacanya setelah 15 tahun kemudian hehehe. Sebuah novel apik berlatar belakang kehidupan di pinggir negeri Pakistan. Diantarkan dengan bahasa klasik dan banyak istilah-istilah yang mungkin baru kita kenal karena memang dituangkan dalam kata aslinya, bahasa Pakistan.

Jumlah halaman yang disajikan kurang lebih 500 halaman. Dan jika ditelusuri, ada 2 (dua) seri novel karya Qaisra Shahraz yang saling berkaitan. Novel ini, “Perempuan Suci” (The Holy Woman), dan “Perempuan Terluka”. Keduanya banyak mengangkat latar, kisah, dan konflik yang kerap ditemui perempuan di Pakistan pada masanya. Namun pada tulisan kali ini, saya hanya akan coba mengulas novel: Perempuan Suci terlebih dahulu.

Sinopsis

Mengisahkan seorang wanita muda berusia 27 tahun bernama Zarri Bano yang lahir di sebuah keluarga terpandang di pinggiran Pakistan. Kedudukan ayah Zarri Bano sangat berpengaruh di desa tempat ia tinggal. Zarri Bano adalah seorang wanita cerdas dan mandiri. Ia sangat diharapkan oleh keluarganya untuk segera menikah dan memiliki keturunan dengan orang yang tepat guna menjaga pengaruh keluarga tersebut. Namun entah mengapa dari begitu banyaknya pria-pria sukses yang berdatangan melamar, belum ada yang sanggup mengambil hatinya.

Hingga suatu saat seorang pria sukses bernama Sikander, yang merupakan rekan bisnis dari adik Zarri Bano pun datang untuk dikenalkan. Zarri Bano pun dengan penuh kerikuhan dan sedikit rasa angkuh merasa tertarik padanya.

Di saat seorang wanita seperti Zarri Bano mulai mengangankan pernikahan dan romantisme dengan Sikander, entah mengapa di waktu bersamaan ayah Zarri Bano, alih-alih merasa bahagia, justru merasa terancam kedudukannya. Ayah Zarri Bano memang sangat membangga-banggakan kecerdasan dan kecantikan putri pertamanya itu. Rasa cintanya pada Zarri Bano begitu sepenuh hati sehingga sulit rasanya melepaskan putri kesayangannya itu ke tangan orang lain.

Novel Perempuan Suci
Novel Perempuan Suci

Konflik-Konflik yang Hadir pada Novel Perempuan Suci

Masalah pun semakin pelik ketika adik Zarri Bano, Jafar, yang digadang-gadang akan meneruskan bisnis keluarga mereka harus meninggal mendadak. Ayah Zarri Bano pun mengambil keputusan langka yang cukup kejam. Ia berniat menjadikan Zarri Bano, putrinya, seorang Shahzadi Ibadat, atau perempuan suci. Zarri Bano pun tak lagi diizinkan untuk membangun sebuah keluarga. Ia akan dididik menjadi seorang perempuan terpelajar, dinikahkan dengan Al Quran, guna mewarisi kekuasaan dan kekayaan keluarganya.

Istilah perempuan suci adalah sebuah tradisi yang mungkin jarang kita dengar sebelumnya. Sayangnya ketika keputusan ini dibuat, Ibu bahkan Kakek Zarri Bano pun tidak sanggup ataupun berniat menentang rencana anaknya.

Bagaimana rumitnya Zarri Bano berkonflik dengan diri dan keluarganya pun dimulai dari sini. Sebagai seorang wanita yang taat dengan ayah juga kehormatan keluarganya. Namun di sisi lain ada kemandirian dan kecerdasan dalam diri Zarri Bano yang membuat ia terus mempertanyakan nasibnya. Hal ini yang lalu menjadikan kisah ini cukup menarik untuk diikuti. Beberapa kisah selingan yang tak kalah seru pun hadir. Melukiskan detail dari kehidupan tokoh-tokoh pembantu pun tak lupa dihadirkan penulis untuk meramaikan novel ini.

Unik, Menarik, dan Membawa Pengalaman Baru

Novel Perempuan Suci memang sarat dengan nuansa konflik atau pertentangan antar agama, kebudayaan, dan kebiasaan. Kisah ini disajikan berlatar suasana Pakistan di Asia Tengah. Secara umum sesungguhnya cukup banyak nilai positif yang patut diperhitungkan di dalam cerita ini. Beberapa contoh adalah mengenai kehidupan warga desa di sana. Walaupun penuh dengan gosip dan kemunafikan, namun penduduk desa tetap berusaha memuliakan para wanitanya. Selain itu, para orang tua juga saling menjaga dan berusaha menempatkan putri-putri mereka maupun sanak saudaranya dalam ikatan kebaikan. Tak lupa beberapa cerita yang melukiskan keinginan tulus para anak muda desa yang cerdas. Mereka yang berniat untuk dapat maju dan semangat memperbaiki keadaan.

Beberapa orang mungkin berpandangan bahwa kisah seperti ini terkesan cukup kolot, menekan, dan merendahkan kesetaraan perempuan. Namun kenyataannya novel ini juga mengikutkan nilai-nilai moral baik yang dianut masyarakat di pinggiran Pakistan tersebut. Berbagai latar belakang dengan detail gambaran kehidupan penduduk di pinggiran Pakistan turut dimunculkan sehingga cukup menyenangkan untuk dinikmati.

Opini pada Novel Perempuan Suci

Sebagai penikmat kisah-kisah fiktif maupun non fiktif dengan aneka efek dramatis hehehe, novel ini menurut saya termasuk sebuah bacaan ringan. Namun di sisi lain novel ini juga mampu mengaduk-aduk perasaan. Pada awalnya mungkin alur yang disajikan nampak seperti sebuah sinetron yang berlarut-larut. Hal ini dikarenakan banyaknya cerita sampingan di luar kisah sang tokoh utama yang muncul dan tak kalah menarik untuk diikuti. Namun alur dan bahasa yang ada di dalam novel ini cukup mengalir dengan rapi dan cantik. Membuat saya yakin orang lain tak akan kesulitan membacanya.

Penulis pun nampaknya cukup teliti dan rajin menghadirkan berbagai macam latar belakang dan kebiasaan masyarakat di sana. Ia turut mendukung imajinasi pembaca untuk berkelana dan membayangkan suasana dan gambaran negeri Pakistan yang ada di dalamnya. Maka, jika coba disimpulkan dalam bentuk rating, menurut saya nilai 4 dari 5 layak diberikan untuk Novel ini. ๐Ÿ™‚

Baca Juga: Review Novel: Perempuan Terluka

26 thoughts on “Review Novel: Perempuan Suci (Karya Qaisra Shahraz)

  1. Penggila novel/movie dari India-Pakistan, hadiiiir! ๐Ÿ˜€

    Selalu kagum sama cerita-cerita yang dihasilkan dari dua negara itu, selalu kental dengan agama yang akhirnya bikin buka mata. Andai mbak dekat, mau tak pinjam novelnya ๐Ÿ˜€

    1. Betul Mbak, jadi membuka pengetahuan ya kalau baca novel-novel seperti ini.. Ikut membayangkan gimana kehidupan di sana hehe..
      Oiya Mbak Nurul domisili mana Mbak? siapa tahu bisa pinjem2an novel kita hehe..

  2. wah kayaknya seru nih ceritanya penuh drama dan permasalahan yang rumit. khas novel mizan laah ya, kental sekali dengan nilai-nilai agama.

    1. Betul Mbak, khas novel fiksinya Mizan, banyak berkaitan dengan nilai2 agama. Tapi cukup seru, karena jadi membuka sedikit wawasan tentang Pakistan hehe.

  3. Akhirnya saya jadi browsing tentang authornya, Qaisra Shahraz. Kepo banget sih, soalnya saya udah jarang banget baca novel. So, tidak terlalu banyak pengetahuan saya ttg penulis-penulis novel ini.

    1. Saya pun baru kali ini Mbak baca karya Qaisra Shahraz hehe Tertarik karena ingin tahu definisi “Perempuan Suci”nya. Dan jadi semakin penasaran, karena jarang berkenalan dengan budaya Pakistan..

  4. Resensi ini bikin aku kepo dengan novelnya. Tapi…semoga adat istiadat yang ada, itu adalah warisan budaya zaman jahiliah sebelum Islam datang. Karena kan ga mungkin juga wanita dinikahkan dengan Al Qur’an ya๐Ÿฅบ

    1. Betul sekali Mbak.. Dan hal inilah yang akhirnya menjadi salah satu konflik utamanya, antara adat istiadat dan tuntunan agama..

  5. anda aja rumah kita deketan, Mbak, saya mau pinjem atau mari kita tukeran bacaan hehe ini novelnya bikin penasaran. btw sama kayak saya Mbak nimbun buku yang entah kapan mulai dibacanya tapi tetep dibaca kok

    1. Hi3..samaan ya Mbak kita.. Yuk kita tukeran Novel kapan2. Saya pun baru mulai memupuk semangat lagi menyelesaikan buku2 di rumah..

  6. Wah keren banget nih novelnya. Setting lokasinya bikin kepo. Beberapa kisah dengan latar di sana sangat menyenangkan.
    Ditambah sajian konflik yang tak kalah seru, marai kepingin baca langsung bukunya Mbak.

    Beli yuk beli ๐Ÿ’•๐Ÿ˜

    1. Yuukk dibaca yuk.. ๐Ÿ˜€ Settingnya jadi menarik, karena menurut saya memang agak jarang mengetahui lebih dalam kehidupan orang di Pakistan sana ya Mbak..

  7. Baca tulisan mbak, sudah bisa membuat saya memvisualisasi bagaimana kehidupan Zarri Bano. Pasti mbak yg membaca langsung bukunya juga lebih merasakan apa yang dirasakan oleh tokoh utama.

  8. Saya pernah baca buku ini di tahun 2008 kalau nggak salah. Dan sempat di uat sinetronnya sama Indosiar dengan pemeran utamanya Dewi Persik. Saya ngeh karena ceritanya mirip, walau tidak ada keterangan diambil dari novel ini. Tapi di pertengahan ceritanya berbeda dengan novel dan saya juga kurang suka dengan novel ini. Pendapat pribadi ua

    1. Wah, ada sinetronnya ya Mbak.. hehehe Malah baru tau saya.. Kebetulan saya memang telat banget sih baca buku ini, baru sekarang ada kesempatan membacanya dan berhubung cenderung suka dengan cerita berlatar kebudayaan, jadi menurut saya cukup menarik untuk dinikmati..

  9. wow buatku membaca buku dengan konflik yang rumit tak akan selesai satu hari hahhaha karen skau tuh uska kebaw sam alurnya cerita di buku itu.maknay aku lebih suka bacabukunonfiksi

    1. Hi3 setuju Mbak, buku fiksi memang seringnya jadi buat ketagihan ingin diselesaikan segera ya, supaya bisa tahu ending cerita dari perspektif penulisnya..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *