Silaturahmi di Masa Pandemi
Ramadhan 1441 H telah lewat. Kita pun memasuki bulan Syawal yang biasanya diawali dengan Sholat Ied berjamaah dan dilanjutkan dengan silaturahmi ke rumah orang tua ataupun sanak saudara. Dalam istilah di Indonesia, biasanya hari raya umat Islam ini pun diungkapkan dengan kata Lebaran.
Arti Silaturahmi
Sebelum lanjut membahas suasana Lebaran yang biasanya dihiasi dengan berbagai kegiatan silaturahmi. Yuk kita coba pahami perbedaan silaturahim dan silaturahmi. Umumnya kita sebagai orang Indonesia menyebut kegiatan saling mengunjungi atau bertemu kerabat, sanak saudara, tetangga, dan teman dengan istilah silaturahmi. Namun setelah saya coba baca beberapa referensi, nyatanya ada perbedaan antara dua kata ini. Silaturahim berasal dari bahasa Arab, shillah (menyambung) dan rahim (yaitu tempat berkembangnya janin) atau, dalam lingkup lebih spesifik, satu rahim berarti saudara sedarah atau kerabat dekat. Sehingga silaturahim berarti menyambung tali persaudaraan atau kekerabatan dengan berbagai perbuatan baik.
“adapun silaturahim, ia adalah berbuat baik kepada karib-kerabat sesuai dengan keadaan orang yang hendak menghubungkan dan keadaan orang yang hendak dihubungkan. Terkadang berupa kebaikan dalam hal harta, terkadang dengan memberi bantuan tenaga, terkadang dengan mengunjunginya, dengan memberi salam, dan cara lainnya” (Syarh Shahih Muslim, 2/201).
Sedangkan silaturahmi di Indonesia merupakan kata serapan yang sudah mengalami perluasan makna dan dibakukan dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Arti dari silaturahmi di sini menjadi tali persahabatan atau persaudaraan. Jadi ketika di negara-negara Arab atau Timur Tengah, kata silaturahim lebih dibatasi dalam lingkup keluarga, di Indonesia, kita lebih sering menggunakan kata silaturahmi dan memaknainya dengan hubungan persaudaraan dan persahabatan yang lebih luas lagi. Tidak terbatas hanya saudara, tetangga, kawan pun bisa termasuk di dalamnya.
Cara Silaturahmi di Kala Pandemi
Kembali ke pengalaman silaturahmi di masa pandemi sekarang. Selepas Ramadhan berakhir, Kita semua tentu sangat ingin berjumpa sanak saudara, teman, tetangga untuk berjumpa, saling bermaafan, dan berbagi kebahagiaan. Namun apa daya, pandemi karena Covid-19 belum berakhir di seluruh penjuru dunia. Pemerintah, otoritas daerah setempat, dan para ahli dunia kesehatan pun bertubi-tubi menganjurkan agar protokol kesehatan tetap dijalankan. Tidak bepergian keluar rumah jika tak penting, menjaga kebersihan, gunakan masker, mencuci tangan sesering mungkin, dan berbagai ‘a-must list’ lainnya harus kita patuhi. Sehingga sebagai warga negara yang baik, kita pun harus banyak bersabar dan menuruti arahan ini.
Lebaran kali ini akhirnya kami habiskan banyak di rumah. Kebetulan Ibu saya atau Eyangnya anak-anak pun tinggal bersama kami dan tentu menjaga beliau merupakan prioritas. Sholat Ied kami lakukan hanya di bersama keluarga paman yang tinggal tepat di depan rumah kami. Itu pun lengkap dengan berbagai wejangan dan peringatan protokol keamanan dan kesehatan. Lengkap dengan masker, membawa alat sholat dan sajadah sendiri, kami melaksanakan sholat Ied di rumah paman.
Setibanya di rumah paman, shaft sholat pun sudah di atur sedemikian rupa. Dengan jarak 1.5 meter antar makmum kami pun sholat berjamaah. Alhamdulillah, syukur kami panjatkan kepada ALLAH karena kami masih diberi kesempatan Sholat Ied berjamaah. Ketika Sholat usai, kami pun bersalaman jarak jauh dengan paman dan keluarga dan segera pamit pulang. Tanpa acara makan bersama, tanpa berbincang lama. Wah, rasanya memang Lebaran kali ini benar-benar berbeda. Suasana komplek perumahan kami pun tetap sepi. Sepertinya masing-masing keluarga menghabiskan waktu di rumah saja dan tak ada yang keluar maupun bepergian.
Tetap Menjaga Protokol Kesehatan
Menjelang siang, keluarga kakak dan adik pun meminta izin pada Eyangnya anak-anak untuk datang bersilaturahim. Mereka meyakinkan kami bahwa akan tetap datang lengkap dengan masker dan dalam keadaan bersih, yakni hanya dari rumah. Memang selama ini seluruh keluarga inti kami, yakni keluarga kakak dan adik maupun keluarga suami cukup patuh dengan prosedur utama pandemi, yakni di rumah saja dan menjaga kebersihan. Di sisi lain kami pun berusaha untuk tetap berpikiran positif dan menjaga daya tahan tubuh sebaik mungkin agar bertahan di tengah gempuran wabah.
Beruntung juga kami semua kakak beradik tinggal di kota yang sama, sehingga drama mudik seperti yang banyak dialami teman ataupun sanak keluarga pun tidak terjadi. Di luar itu, kami pun masih sempat mengadakan group video call dengan keluarga besar yang berada di berbagai penjuru Jawa dan Sumatera.
Bantuan Teknologi Sungguh Memudahkan
Teknologi memang sudah sangat maju dan memudahkan, sehingga dalam keterbatasan jarak, waktu, dan era pandemi yang mengkhawatirkan seperti ini, kita nyatanya masih bisa melepas rindu dan saling bermaafan dan mendoakan. Walau begitu, pasti tetap saja ada rasa kurang di hati, karena berjumpa langsung biasanya lebih memberi arti. Ya, untuk kali ini nampaknya kita harus cukup berpuas diri dengan perjumpaan-perjumpaan virtual di dunia maya dengan saudara, tetangga, sahabat, dan teman-teman.
Beberapa hal yang perlu menjadi refleksi diri kali ini adalah betapa dulu mungkin kita sering meremehkan the power of silaturahmi. Berjanji berkunjung ke sana dan ke sini namun jarang ditepati. Padahal silaturahmi dijanjikan ALLAH meluaskan rezeki. Dan kini ketika semua itu tak memungkinkan, baru kita tersadar, betapa meruginya kita.
“Barangsiapa yang senang untuk dilapangkan rezekinya dan diakhirkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), maka hendaklah ia menyambung (tali) silaturahim.”
(HR Muttafakun ‘alaih dari Anas bin Malik r.a.)
Untuk itu, yuk, mari kita berdoa bersama agar selepas pandemi ini berakhir, ALLAH masih memberi kita kesempatan untuk banyak-banyak bersilaturahmi dengan keluarga, sanak saudara, teman dan sahabat.
Sumber:
- https://muslim.or.id/28640-salah-kaprah-memaknai-silaturahim.html
- https://kbbi.web.id/silaturahmi
Aamiin semoga pandemi segera berakhir dan kembali bisa memeluk dan mencium orang-orang terkasih tanpa jarak dan cemas
masyaallah alhamdulillah masih bisa bersama kelaurga ya mba, walau dengan SOP baru 🙂
Alhamdulillah masih ada keluarga didepan rumah ya Mbak, jd lebih rame 😁
Maaf lahir batin Mba, met lebaran…
Semoga silaturahmi tetap terjaga bersama saudara, kerabat dan sahabat dimanapun berada…aamiin
Alhamdulillah masih bisa berkumpul keluarga ya Mba dgn tetap mematuhi protokol kesehatan. Aamiin Ya Allah semoga lekas selesai pandemi ini biar yg diluar kota bisa bertemu juga ☺️
Aamiin, semoga pandemi ini segera berakhir 😊
Semoga kita semua diberi kekuatan dan ketabahan ya mba. Semoga semua cepat berlalu. Hingga kita biaa berkunjung kembali dengan sanak saudara.
aaamiiin ya allah, semoga pandemi ini segera berakhir, dan kita masih berkesempatan bertemu hari kemenangan berikutnya :”)
Aminn.. semoga Mba sekeluarga sehat2 ya.. btw mohon maaf jg ya mba klo Saya Ada salah di interaksi Kita d dunia Maya..
Masya Allah. Alhamdulilah masih ada keluarga yang dekat. Silaturahmi tetep jalan meski di tengah pandemi. Tetap semangat. Peluk virtual 🤗
Aamiin yaa Allah…. Semoga Allah mudahkan kita untuk silaturahmi setelah pandemi ini berakhir.
Aamiin ya rabbal alamiin 💕
Aamiiin, semoga pandemi segera berakhir dan bisa bersilaturahim dan bersilaturahmi secara langsung ya mba..